Saya menggarisbawahi kesombongan Iblis. Pasti dia tak mau keluar dari surga, kecuali ditempatkan di lokasi yang mirip-mirip surga. Saya ingat salah satu bait lagu Aku Papua gubahan sahabat saya (mendiang) Franky Sahilatua yang nyebut Papua itu “surga kecil yang jatuh ke bumi”. Secara umum kawasan Indonesia memang sering diibaratkan nirwana, replika surga di khatulistiwa.
Apa kaitan iblis yang nyasar ke Indonesia dengan struktur kekuasaan pemerintahan?
Ini masalahnya. Saya sudah pelajari sejarah bangsa-bangsa di muka bumi. Nyaris tidak ada kepemimpinan nasional yang melakukan langkah brutal seperti yang dilakukan para pemimpin bangsa ini. Sejak zaman raja-raja hingga saat ini. Tidak ditemukan pemimpin yang bersama bangsa lain menjarah kekayaan negerinya, dan membiarkan rakyatnya ditindas.
Dalam sejarah modern kita kenal Adolf Hitler, monster Perang Dunia II yang sangar. Tapi Hitler hanya menindas Yahudi dan bangsa lain, sedang rakyatnya diagungkan dengan mitos keturunan bangsa Arya. Demikian pula Firaun, raja-raja Romawi, dan lain-lain.
Tapi coba ikuti sejarah raja-raja di Nusantara. Mereka gadaikan tanah, kekayaan alam dan masa depan rakyatnya kepada bangsa lain (Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Amerika, dan yang paling legendaris Netherland alias Balanda).
Jadi iblis masih bercokol di negeri ini?
Secara spritual iya. Coba lihat sekarang, semua institusi negara berantakan. Tak ada tata nilai, etika tidak jalan, tugas konstitusional diabaikan. Kebohongan menjadi bahasa kekuasaan. Kebenaran kian menakutkan. Menurut saya, tidak ada referensi yang bisa menjelaskan kenapa keadaan di negara kita sekarang ini amat sangat amburadul. Sialnya, orang yang memiliki otoritas hukum dan politik tidak tertarik membicarakan aneka penyimpangan ini.
Saya berkesimpulan, tidak ada manusia yang bisa melakukan kerusakan sedemikian para seperti terjadi di negara kita. Saya percaya yang demikian ini hanya iblis yang bisa melakukan. Kalau dalam Kitab Suci, situasinya mirip dengan negeri Sodom dan Gomora, yang kejahatannnya melibatkan semua masyarakatnya, kecuali Nabi Luth dan beberapa pengikutnya. Itu sebabnya hanya Tuhan via malaikat yang diutusnya yang bisa menyelesaikan masalah di kota Sodom dan Gomora.
Latar belakang sajak Istana Iblis kok seperti fatalistik yang cenderung menjadi puncak keputusasaan?
Bisa jadi begitu. Tapi saya hanya menjalankan takdir penyair. Penyair ini satu-satunya profesi yang dapat kehormatan dijadikan judul surat (ke-26) dalam Al-Qur’an, Asy-Syu’ara’.
Jika iblis menguasai Istana, bukankah Anda pernah berada di sana?
Benar, saya pernah di Istana bersama Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Saat itu saya jurubicara kepresidenan. Tapi ketika itu presidennya memiliki keimanan yang sangat kuat. Jadi tidak bisa digoda iblis dengan segala tipu dayanya. Itu sebabnya Iblis yang semula menghuni Istana pindah ke Senayan, ke komplek parlemen (DPR/MPR). Dari Senayan itulah iblis memimpin perlawanan untuk kembali menguasai Istana. Begitu ceritanya.
Jadi seperti muazin, takdir penyair juga hanya mengingatkan. Artinya, waktu Subuh muazin azan. Waktunya Zuhur azan. Ashar azan. Saat masuk waktu Magrib azan. Perkara ada yang shalat atau tidak, sudah bukan urusan muazin. Tapi yang penting diingat, ada yang shalat atau tidak, muazin tetap dapat pahala. Insyaallah.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid