POLHUKAM.ID - KISAH heroik pasukan elite Kopassus di berbagai palagan sering didengar. Namun kali ini, sebuah peristiwa datang dari Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono saat menjalankan operasi penumpasan pemberontak berhaluan komunis di belantara Kalimantan Barat.
Saat itu, RPKAD cikal bakal Kopassus menjadi ujung tombak dalam Operasi Sapu Bersih (Saber) II (1967-1969) dan III (1969-1970), hingga rangkaian operasi yang digelar pelaksana khusus daerah (Laksusda) di seantero Kalimantan Barat (1970-1974).
Operasi penumpasan kelompok bersenjata Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS)/Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) pimpinan Boong Kee Chok alias Yusuf Said di belantara hutan Kalimantan, dituntaskan Hendropriyono dengan baik.
Melansir buku biografinya berjudul “Operasi Sandi Yudha” Hendropriyono yang kala itu berpangkat Kapten harus merayap di belantara hutan Kalimantan yang sangat lebat menuju markas Sukirjan alias Siauw Ah San.
”Jarak ke sasaran sejauh 4,5 kilometer. Kami harus merayap pada pukul 16.00 melewati semak belukar yang lebat,” kenang Hendropriyono dikutip, Jumat (6/10/2023).
Setelah merayap selama lima jam di tengah malam yang dingin dan gelap gulita, dia akhirnya bisa mendekati sasaran.
“Tak terasa sudah lebih lima jam lamanya kami merayap. Saya lihat arloji menunjukkan waktu pukul 22.25 berarti masih jauh untuk membuka serangan pada jam 04.00. Berarti kami harus membeku lumayan lama di malam hari yang gelap dan dingin,”ucapnya.
Setelah menunggu cukup lama, target yang diburu pun akhirnya datang. Tanpa menunggu lama, Hendropriyono bersama anak buahnya langsung melakukan penyergapan ke dalam markas musuh. Duel maut antara Hendropriyono dengan Sukirjan alias Siauw Ah San tidak terelakkan.
Dalam pertarungan tersebut, jari kelingking mantan Pangdam Jaya ini nyaris putus akibat terkena sabetan bayonet. Tidak hanya itu, pangkal paha kiri Hendropriyono juga mendapat luka cukup serius akibat ditusuk bayonet. Dalam duel maut satu lawan satu itu, Hendropriyono akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya. Sukirjan alias Siauw Ah San tewas setelah ditembak oleh Hendropriyono.
Namun demikian, akibat luka yang dideritanya cukup parah, mantan Dankodiklat TNI AD ini harus dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Mempawah untuk menjalani perawatan medis. Meski berhasil menembak mati Sukirjan alias Siauw Ah San, namun Boong Kee Chok tokoh utama, penggagas sekaligus pendiri PGRS/Paraku tidak berhasil ditangkap.
Saat menjalani perawatan di rumah sakit Hendropriyono mendapat kabar jika Boong Kee Chok menyerahkan diri. Bertemu Bekas Musuh Seiring perjalanan waktu, pemberontakan PGRS/Paraku berhasil diredam.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid