Tangkal Serangan Siber, BSSN Rancang Tiga Regulasi Baru

- Senin, 30 Mei 2022 | 13:50 WIB
Tangkal Serangan Siber, BSSN Rancang Tiga Regulasi Baru

"Satu hal yang mesti kita lihat adalah digital attack surface yang makin kompleks, masif dan terus berubah. jadi jangan kita lupakan proteksi aset-aset kita," imbuhnya.

Makanya, Trend Micro berkomitmen untuk membantu mereka untuk meningkatkan keamanan datanya dari serangan siber yang makin beragam dan kompleks tersebut. Salah satunya adalah Trend Micro Vision One™. Baca Juga: Mohon Disimak! Begini Tips Wujudkan Keamanan Siber Guna Berdigital Aman dan Nyaman

"Trend Micro Vision One™ melakukan pendekatan berlapis-lapis yang dapat membantu organisasi/ perusahaan menjaga kemungkinan titik masuk ke dalam sistem (endpoint, email, web, dan jaringan). Solusi keamanan ini dapat mendeteksi komponen berbahaya dan perilaku mencurigakan sehingga dapat membantu melindungi perusahaan," tambah Regional Principal Architect BFSI SEA Trend Micro, Sapna Sumbly.

Trend Micro Cloud One™ Workload Security yang melindungi sistem dari ancaman yang dikenal dan tidak dikenal yang mengeksploitasi kerentanan. Perlindungan ini dimungkinkan melalui teknik seperti penambalan virtual dan pembelajaran mesin.

Dan masih banyak lagi seperti Trend Micro Deep Discovery Email Inspector, Trend Micro Apex One™, Trend Micro Tipping Point, Trend Micro™ Deep Security™ Software, dan Trend Micro Phish Insight.

Di sisi lain, Executive Chairman Digital Banking Institute Bari Arijono menyoroti risiko-risiko baru yang muncul dari pesatnya perkembangan cryptocurrency. Menurutnya, dari sisi ekonomi, ekonomi digital yang saat ini digaungkan akan mulai bergeser ke ekonomi distribusi atau ekonomi blockchain.

Dari evolution of money dapat dilihat perkembangannya cukup cepat bagaimana cryptocurrency saat ini sudah ada di depan mata dan sudah 12 juta pengguna baik pedagang maupun investor yang aktif menggunakan mata uang digital di jaringan internet tersebut.

"Banyak sekali kegiatan menggunakan cryptocurrency dan perkembangan cukup cepat di Indonesia ada skitar Rp400 triliun transaksi dan melebihi Bursa Efek Indonesia ini suatu fenomena. Jadi harus kita lihat disini secara betul-betul sebagai emergency buat kita apakah akan ada risiko digital baru yang muncul dan bagaimana kita mitigasinya," papar Bari.

Bari bilang, pesatnya perkembangan cryptocurrency pada gilirannya akan membuat bank sentral seperti Bank Indonesia untuk membuat Central Bank Digital Currency (CBDC) seperti Rupiah Digital.

"Dengan adanya CBDC maka risiko akan muncul lebih besar lagi. Ada 7 isu utamanya utk industri perbankan. yaitu hacking, skimming, defacing, phising, social engineering, business email comprise, dan CEO fraud. Dari ketujuh isu itu ternyata kegiatannya yang paling banyak merugikan adalah social engineering (rekayasa sosial). kita sering tertipu oleh kegiatan yang mengatasnamakan jasa keuangan di WA, Instagram, atau Facebook. kedua adalah hacking yang sudah kian canggih, dan ketiga skimming," imbuhnya. Baca Juga: BI dan BIS Ajak Inovator Dunia Cari Solusi Penerapan Mata Uang Digital

Melihat tren keamanan siber saat ini, Defensive Security Manager DANA Indonesia Dion Mario menuturkan, pihaknya selalu meng-compare bagaimana postur security DANA secara globaly di dalam industri yang sama untuk menjaga keamanan data pelanggan dan para merchantnya.

"Tantangan yang kita hadapi di DANA itu DANA sudah mencapai lebih dari 100 juta user, dan setiap hari kita menghandle 7 juta transaksi. Dan lebih dari 7000 server kita pegang serta lebih dari 300 API yang hrs kita maintain dari sisi security-nya. Untuk menyelesaikan tantangan itu, kita ada strategi yang kita gunakan yakni competent people, modern process, dan enable the state of the art technology," pungkasnya.

Sumber: genpi.co

Halaman:

Komentar