Alue menjelaskan langkah maju dari sektor FoLU salah satunya adalah dengan terbitnya Keputusan Menteri (Kepmen) LHK Nomor 168 tentang FoLU NetSink 2030 untuk pengendalian perubahan iklim pada 24 Februari 2022.
"Tingkat serapan emisi sektor FoLU ditargetkan sudah berimbang atau lebih tinggi dari pada tingkat emisinya (net sink)," katanya dalam acara Green Economy Indonesia Summit 2022: The Future Economy of Indonesia di Jakarta, Rabu (11/5/2022).
FOLU adalah singkatan forest and other land uses atau pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan. Dalam dokumen penurunan emisi atau nationally determined contribution (NDC), FOLU menjadi satu dari lima sektor program mitigasi krisis iklim. Adapun, FOLU net sink adalah keadaan ketika sektor lahan dan hutan menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskannya.
Sebagai siklus hidupnya, pohon menyerap karbon untuk mengubahnya menjadi oksigen dan glukosa melalui fotosintesis. Karbon yang ada dalam pohon akan menguap menjadi gas rumah kaca ketika ia terbakar, mati karena ditebang, atau membusuk. Deforestasi adalah penyebab 24% emisi global saat ini yang totalnya mencapai 51 miliar ton setahun.
Dalam hutan juga dikenal istilah siklus karbon hutan yang merujuk pada keadaan bergeraknya karbon secara dinamis antara atmosfer dengan hutan. Ruang antara bumi dan atmosfer akan melepaskan karbon dioksida sementara di dalam pohon sendiri terjadi penyerapan karbon. Karbon dioksida di atmosfer akan terserap oleh pohon melalui proses fotosintesis.
Indonesia memiliki hutan yang luas melingkupi sekitar 71% (133,57 juta hektar) dari seluruh area lahan di Indonesia (187,9 juta hektar) dan termasuk negara dengan luas hutan terbesar ketiga di dunia. Sudah seharusnya Indonesia menjaga hutan hujan tropis alaminya yang memiliki berbagai peran penting. Terlebih saat ini dampak dari perubahan iklim sudah terasa dan berbagai negara di belahan bumi pun menyadarinya.
Selain sebagai paru-paru dunia karena mengeluarkan oksigen (O2), hutan juga berperan penting sebagai regulator iklim yang berperan menyerap karbondioksida (CO2) di atmosfer melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk biomassa.
Meskipun hutan juga dapat menjadi pengemisi karbondioksida (CO2) karena proses respirasi, dekomposisi dan pembusukan yang dibantu oleh berbagai macam jasad renik. Namun, hutan yang belum terjamah (intact forest) akan mencapai kondisi klimaks sehingga terjadi keseimbangan serapan keluaran karbon (net carbon balance). Intervensi manusia akan mengganggu keseimbangan sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi simpanan karbon di hutan.
Jadi, menghentikan deforestasi dan degradasi hutan hujan tropis adalah kunci agar hutan hujan tropis mampu memperlambat pemanasan bumi, lautan dan atmosfer akibat kegiatan manusia.
Sektor yang menjadi tanggung jawab Indonesia untuk mengurangi emisi karbon berasal dari sektor kehutanan, energi, limbah, industri dan pertanian. Adapun sektor kehutanan paling besar berkontribusi terhadap penurunan emisi mencapai 49%. Pada tahun 2030, semua sektor akan mencapai puncak emisinya. Namun pada waktu bersamaan Indonesia akan mencapai penyerapan bersih (net sink) karbon sektor kehutanan dan lahan.
Dari target emisi sebesar 29% pada 2030 yang tertuang dalam NDC, sektor kehutanan dan lahan harus menurunkan emisi sebesar 17%, dan energi sebesar 11%. Jika kedua sektor ini diakumulasikan sudah mencapai 28%, artinya sektor lain sangat kecil kontribusinya. Adapun KLHK tetap fokus pada sektor kehutanan dan energi. Dari sektor kehutanan Indonesia akan mencapai net sink FoLU pada 2030 dan ini menjadi tugas bersama juga.
Sumber: sumsel.suara.com
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid