Pembubaran ketiga BUMN tersebut dilakukan melalui asset management BUMN di bawah PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan Danareksa, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan.
Pembubaran tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akibat telah sejak lama tidak beroperasi harusnya menjadi pelajaran berarti bagi pemerintah dalam mengelola usaha negara.
Direktur Eksekutif BUMN Institue, Achmad Yunus, mengatakan bahwa pembubaran tiga perusahaan miilik negara harus menjadi pelajaran untuk pemerintah agar lebih selektif dan mempertimbangkan segala aspek dari berbagai sektor industri yang wajib dan dikelola BUMN.
"Menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk lebih selektif dan mempertimbangkan mana sektor industri yang perlu dan wajib dikelola BUMN dan mana yang tidak," ujar Yunus saat dikonfirmasi, Minggu (20/3/2022).
Yunus mengungkapkan, beberapa industri di Indonesia seperti gelas, kertas, dan garmen tidaklah perlu dimiliki dan dikuasai oleh negara karena tidak termasuk dalam kategori penting.
"Saya rasa sektor industri kertas, gelas/botol dan garmen tidak perlu dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah karena tidak masuk dalam kategori 'penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak' sebagaimana digariskan Pasal 33 UUD 45," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, membubarkan 3 BUMN, yaitu PT Kertas Kraft Aceh (KKA), PT Industri Gelas (Iglas), dan PT Industri Sandang Nusantara (ISN).
Lebih lanjut, Yunus setuju dengan keputusan Menteri BUMN pasalnya perusahaan tersebut memang sudah sejak lama tidak beroperasi akibat twk mampu bersaing ditengah industri masing-masing.
"Saya setuju pembubaran dilakukan untuk memberikan kepastian hukum terhadap status tiga BUMN tersebut dan seluruh kewajibannya bisa diselesaikan termasuk pada karyawan," tutupmya.
Yunus menilai masuknya PT Istaka Karya dan PT Merpati Nusantara Airlines dalam rencana pembubaran oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena tidak mampu bersaing.
Yunus menyebut bahwa Istaka tidak mampu menunjukan perbaikan kinerja perseroan setelah tertekan dan harus bersaing keras di bisnis konstruksi termasuk dengan saudaranya sendiri.
"Sesama BUMN konstruksi seperti Wika, PP, Adhi Karya, Waskita dll. Satu sisi Kementerian BUMN tidak mengatur peran BUMN konstruksi satu dengan yang lainnya, jadi makin habis Istaka," ujar Yunus saat dikonfirmasi Polhukam.id, Kamis (19/5/2022).
Begitu pula yang terjadi dengan Merpati Airlines yang sejak awal memiliki konsep melayani rute-rute perintis yang saat ini Garuda Indonesia juga telah mengeksplor rute tersebut.
"Termasuk Citilink dengan pesawat ATR maupun CRJ bombardir," ujarnya.Selain itu, Merpati juga dinilai tidak mampu bersaing dengan pemain swasta yang melayani rute perintis seperti Lion Air, Super Jet, dan NAM.
"Kalau merpati lagi-lagi disuntik PMN gak akan mampu bersaing dengan yang sudah ada. Malah eman buang-buang duit aja," ungkapnya.
Sumber: populis.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid