Selain itu, Starbucks menuntut serikat pekerja mereka, Starbucks Workers United, pada bulan Oktober, setelah keberatan dengan postingan media sosial serikat pekerja itu, yang terlihat jelas mendukung Palestina.
“Workers United memposting pernyataan dengan gambar buldoser yang merobohkan sebagian perbatasan Israel dan Gaza, yang mencerminkan dukungan mereka terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Hamas,” demikian bunyi catatan perusahaan yang diperoleh The Intercept.
“Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan yang dilakukan oleh Hamas, dan kami sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United.”
Dampak aksi boikot di Asia Barat, dimana sentimen pro-Palestina secara historis kuat, membuat banyak merek barat merasakan dampak buruk seperti di negara Maroko, Kuwait, Yordania, dan negara-negara lain.
“Skala agresi terhadap Jalur Gaza belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, reaksinya, baik di dunia Arab atau bahkan secara internasional, belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Anggota gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) di Mesir, Hossam Mahmoud.
Sumber: viva.
Artikel Terkait
Dapat Info dari KPK, Faisal Basri Sebut Bobby - Airlangga Terlibat Penyelundupan Nikel Rugikan Negara Ratusan Triliun
Robohkan Mimpi Jokowi dan Prabowo, IMF Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hanya 5,1 Persen
Anggaran Upacara HUT RI Bengkak, Jokowi Anggap Wajar
BREAKING NEWS: Harga BBM Pertamax Naik Jadi Rp 13.700 per Liter