Diundang Jerman Hadiri KTT G7, Jokowi Dipastikan Hadir karena...

- Rabu, 22 Juni 2022 | 18:40 WIB
Diundang Jerman Hadiri KTT G7, Jokowi Dipastikan Hadir karena...

"Indonesia termasuk negara non-G7 atau disebut G7 Partner Countries yang mendapatkan undangan untuk hadir dalam KTT G7, selain Indonesia ada India, Senegal, Argentina, Afrika Selatan," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (22/6/2022).  

Baca Juga: Moskow dan Kiev Jadi Tujuan, Agenda-agenda Jokowi Dibeberkan Menlu

Jokowi, kata Retno, telah mendapatkan permintaan beberapa pertemuan bilateral dengan negara lain. Dalam hal ini, pihak Indonesia akan mengatur semaksimal mungkin pertemuan bilateral dengan para pemimpin G7 dan pemimpin negara undangan.

Retno mengatakan, dalam G7 Summit for Partner Countries, salah satu isu yang akan dibahas adalah mengenai masalah pangan. Isu pangan, energi dan keuangan akhir-akhir ini menjadi pembicaraan dunia karena berkelindan dengan dampak dari Covid-19 hingga perang.

"Meskipun perang terjadi di Ukraina, namun dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia. Kita semua paham posisi Ukraina dan Rusia dalam rantai pasok pangan dan energi global," kata Retno.

Retno merangkum laporan pertama yang terbit pada 13 April dari Global Crisis Response Group yang dibentuk oleh Sekjen PBB soal pengaruh kedua negara yang tengah berperang. Ukraina dan Rusia termasuk diantara lumbung roti dunia.

Kedua negara menyediakan 30 persen gandum dan jelai dunia, seperlima dari jagungnya, lebih dari setengah minyak bunga mataharinya. Sementara Rusia adalah pengekspor gas alam teratas dan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia.

Retno menegaskan bahwa kenaikan harga pangan dirasakan oleh hampir semua negara di seluruh dunia. Berdasarkan catatan Food and Agriculture Organization (FAO), index pangan global meningkat hingga 16,08 persen pada Mei 2022 dibandingkan Januari 2022 sebelum perang terjadi.

Kenaikan ini dipicu oleh naiknya harga komoditas pangan dunia dibandingkan angka Januari 2022, seperti, daging (8,83 persen), produk susu (6,7 persen), sereal (18,28 persen), minyak nabati 23 persen), gula (6 persen). Sementara khusus produk gandum terjadi lonjakan sekitar 23 persen.

Halaman:

Komentar