Hal serupa juga terjadi pada Uni Emirat Arab yang hampir saja mencapai finalisasi kontrak F-35, namun buyar seketika setelah Negeri Paman Sam mengetahui negara calon pembelinya terlibat dalam proyek jaringan 5G dari Huawei.
Sementara untuk Eurofighter Typhoon, Jerman menolak permohonan akuisisi dari Turki karena keberpihakan negara yang kuat terhadap Palestina sekaligus menentang keras agresi militer Israel.
Namun lain halnya dengan Arab Saudi, di mana Inggris kemudian mendesak Jerman untuk mencabut penolakan penjualan jet tempur yang mereka produksi bersama dengan alasan "jaminan keamanan" bagi pasukan Israel.
Berkaca dari hal tersebut, pembelian jet tempur F-35 maupun Eurofighter Typhoon mengharuskan peminatnya untuk memenuhi persyaratan yang sangat ketat.
Artikel dari laman Eurasian Times yang dimuat pada Selasa, 23 Januari 2024, faktor kepentingan geopolitik menjadi pertimbangan bagi negara produsen untuk menetapkan apakah negara calon pembeli layak disetujui atau tidak.
Termasuk dalam hal ini adalah transaksi jual beli alutsista maupun produk telekomunikasi dari lawan politik NATO, yang dicurigai dapat digunakan sebagai alat "mata-mata" bagi alutsista NATO.
Yang menjadi isu krusial, keberpihakan terhadap Israel juga turut menjadi salah satu kriteria sebelum negara produsen menyetujui transaksi jual beli alutsista produksi mereka.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: zonajakarta.com
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak