"Ada 25 juta ton biji-bijian yang diblokir di pelabuhan Odesa Ukraina, berarti makanan bagi jutaan orang di dunia sangat dibutuhkan, terutama di negara-negara Afrika dan di Timur Tengah," kata Baerbock.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, sangat penting bagi G7 untuk menunjukkan bahwa Moskow adalah akar penyebab kerawanan pangan global.
"Kami akan melanjutkan upaya dukungan kami, tetapi saya akan menambahkan bahwa kami perlu menangani konflik yang akan berlangsung lama dan konsekuensi jangka panjang pada ketahanan pangan. Kami perlu menunjukkan bahwa agresi Rusia terhadap Ukraina memprovokasi krisis pangan global," ujarnya.
Para menteri negara G7 juga akan menyatakan dukungannya kepada Moldova, yang merupakan negara tetangga Ukraina. Moldova sedang berjuang untuk mengatasi arus pengungsi dari Ukraina, dan insiden yang melibatkan separatis pro-Rusia di wilayah Transdniestria yang memisahkan diri. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa perang dapat menyebar ke perbatasan.
"Negara telah melemah karena perang, jadi kami perlu mengkonfirmasi dukungan kami untuk Moldova," kata seorang sumber diplomatik Prancis kepada wartawan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tidak hadir dalam pertemuan G7 karena terjangkit Covid-19. Sementara Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, yang negaranya saat ini menjabat sebagai presidensi Kelompok 20 Ekonomi Industri dan Berkembang (G20), dijadwalkan bergabung dalam pertemuan pada Jumat (13/5/2022) untuk membahas ketahanan pangan.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak