Pada pemilu pekan lalu, Pezeshkian memperoleh sekitar 42,5 persen suara dan Jalili sekitar 38,7 persen.
Meskipun telah terpilih, namun dikabarkan sekitar 50 persen warga Iran tidak memilih karena beberapa orang tidak yakin bahwa pemilu akan membawa perubahan, baik yang manang dari dari pihak konservatif atau reformis.
Pezeshkian diperkirakan akan menjalankan tugasnya dalam waktu 30 hari, karena saat ini dirinya masih menjadi anggota parlemen dari Tabriz.
Presiden terpilih kesembilan di negara itu selanjutnya harus secara resmi disahkan dalam sebuah upacara oleh pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei dan setelah itu ia akan dilantik di Parlemen.
Pezeshkian berulang kali memuji Khamenei dalam pidatonya dan mengatakan bahwa sebenarnya dirinya bukanlah seorang Presiden untuk kaum reformis saja, namun juga untuk setiap orang Iran yang tidak memilihnya.
Hal tersebut sangat penting, karena Iran secara sosial merupakan negara yang terpecah belah saat ini dan kerapuhan tersebut menjadi perhatian besar bagi para pemimpin politik.
Para pengamat mengatakan bahwa Pezeshkian mungkin akan mendorong terciptanya kebijakan luar negeri yang pragmatis.
Kedua kandidat presiden telah berjanji untuk menghidupkan kembali perekonomian yang lesu, yang dilanda salah urus dan penerapan kembali sanksi sejak tahun 2018 setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak membatalkan perjanjian nuklir.
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak