Kasus Ijazah dan Pemakzulan Tak Berhenti, Karena Jokowi Juga Tak Berhenti Berpolitik

- Senin, 30 Juni 2025 | 14:10 WIB
Kasus Ijazah dan Pemakzulan Tak Berhenti, Karena Jokowi Juga Tak Berhenti Berpolitik


'Kasus Ijazah dan Pemakzulan Tak Berhenti, Karena Jokowi Juga Tak Berhenti Berpolitik'


Oleh: Erizal


Baik kasus ijazah Jokowi maupun usulan pemakzulan Wapres Gibran, bukanlah kasus kosong belaka. 


Bukan kasus kosong baik dari pihak Roy Suryo Cs dan Forum Purnawirawan TNI maupun dari pihak Jokowi itu sendiri dan pidak di luar itu, Presiden Prabowo, misalnya.


Salah kalau dianggap, bahwa kasus ini masih kasus kosong atau remeh-temeh saja. Ini kasus besar dan mencakup politik tingkat tinggi.


Buktinya, kasus ijazah Jokowi ini tak kunjung reda, meski sudah ditangani polisi dan Pimpinan DPR sampai tarik-ulur menyikapi usulan pemakzulan Gibran. Terbaru, usulan tandingan juga masuk kepada DPR.


Presiden Prabowo kenapa dimasukkan juga sebagai pihak yang berada di luar Jokowi? 


Bukankah Jokowi dan Presiden Prabowo satu pihak, satu paket? Bisa iya, bisa juga tidak. Tapi lebih tepat dikatakan tidak.


Sebab, bagaimanapun juga, baik proses maupun hasilnya, dari kasus ijazah Jokowi dan usulan pemakzulan Gibran ini, akhirnya pasti akan terkait dengan Presiden Prabowo juga.


Pihak Roy Suryo Cs dan Forum Purnawirawan TNI masih eksis sampai saat ini, diperkirakan karena adanya Prabowo. 


Kalau pakai cara Jokowi dulu, mungkin semua sudah selesai.


Sadar maupun tidak, pihak Jokowi sendiri, utamanya dari para pendukung yang sering membela Jokowi di media, kerap juga memaketkan bahwa kasus ijazah Jokowi dan usulan pemakzulan Gibran ini sepaket.


Artinya, ini dilancarkan oleh pihak yang sama. Pihak yang sebutlah anti-Jokowi. 


Spesifiknya pihak yang kalah Pilpres, baik dari 01 pendukung Anies Baswedan maupun dari 03 pendukung Ganjar Pranowo.


Apakah dari 02 pendukung Prabowo solid di belakang Jokowi? Rasanya tidak juga. Lebih banyak diam dan hati-hati persis sikap Prabowo.


Baik Roy Suryo Cs maupun Forum Purnawirawan TNI, memang terlihat saling dukung dan saling mendoakan. 


Belakangan, bergabung juga kader senior PDIP Beathor Suryadi yang membawa kisah tim Jakarta dan tim Solo tahun 2012 yang bergerak menuju Pasar Pramuka, yang kemudian dikenal dengan Universitas Pasar Pramuka.


Jadi wajar juga kalau para pendukung Jokowi menyerang mereka secara bersamaan pula. 


Tak sedikit pengamat yang memperkirakan bahwa 2 kasus ini akan bertahan sampai 2029 nanti, justru dimenangkan pihak Jokowi.


Jokowi memang terlihat memainkan kasus ijazahnya ini karena tiba-tiba saja merasa direndahkan dan dihina.  


Dan tiba-tiba pula, berangkat ke Jakarta melaporkan ke Polda Metro Jaya.


Awalnya disebut 5 orang inisial, lalu sempat ditarik lagi dan dibenarkan lagi. 


Bahkan Aryanto Sutadi, penasihat Kapolri, memakai diksi banyak sekali akan jadi tersangka karena banyak ujaran kebencian, fitnah, dan provokasi.


Dikira akan sat-set langsung ada tersangkanya, ternyata tak bisa maunya pihak Jokowi saja. Mungkin sudah ada pihak-pihak yang kena marah, karena leletnya kasus ini.


Kalau di masa Jokowi, pastilah kasus ijazah ini sudah selesai. Nasib Roy Suryo Cs mungkin akan persis kayak Gus Nur dan Bambang Try. 


Intimidasi akan berseliweran sembunyi-sembunyi, bahkan terang-terangan.


Saat ini saja pengakuan Roy Suryo sudah diintimidasi, bahkan oleh seorang Wakil Menteri di era Jokowi. 


Tapi ini era Prabowo. Tak ada jalan pintas. Roy Suryo Cs kalah pun, mungkin tak akan berhenti persis kayak tak berhentinya Jokowi dari dunia politik.


Apalagi purnawirawan TNI itu. Mereka akan menunggu respon pasti dari gedung DPR seperti apa. 


Jokowi tak berhenti dari dunia politik, orang tentu juga tak berhenti mempertengkarkan apa yang sudah dan akan ddilakukannya


Forum Purnawirawan TNI belum merespon saja, respon dari pimpinan DPR sudah maju mundur.


Sekelas Sufmi Dasco Ahmad harus kembali mengulang bahwa surat usulan itu belum sampai ke mejanya, sesuatu yang jauh hari sudah disebutkannya juga di hadapan wartawan.


Forum Purnawirawan TNI pastilah akan bersikap, ditolak atau diterimanya surat usulan itu. Semua tak akan berhenti apa pun sikap yang akan diambil. Tak akan kosong melompong saja.


Partai-partai juga akan melihat dan menunggu. Kasus ijazah Jokowi dan pemakzulan Gibran ini tak kosong juga dari segi suara. Pro-kontra dari dua kasus ini mengandung suara di dalam.


Partai-partai akan lebih menimbang suara ini ketimbang siapa yang benar dan salah, atau pihak mana yang menang dan kalah nantinya.


Anies Baswedan memang kalah dalam Pilpres lalu, tapi tiga partai yang mengusungnya suaranya naik secara signifikan. NasDem, PKB, dan PKS.


Makanya hampir tak ada partai-partai yang mau jelas bersikap. 


Menunggu reaksi publik dan ke mana arah angin akan berhembus. Dua kasus ini akan hilang dengan sendirinya nanti, tapi entah sampai kapan? ***

Komentar