Tapi ternyata, belum kelihatan itu semua. Sampai sekarang belum ada satu isu pun yang kelihatan digarap serius.
Padahal, di masa transisi digital, pendidikan yang makin berat, dan dunia kerja yang makin nggak jelas, kehadiran pemimpin muda tuh penting banget.
Sayangnya, publik merasa belum dapat apa-apa selain postingan media dan momen viral.
Wapres seharusnya bisa jadi jembatan antara Presiden dan rakyat, terutama rakyat muda yang makin vokal.
Bisa jadi penghubung, bisa jadi penyambung suara. Tapi sekarang, publik malah bingung: “Sebenernya dia ngurus apa sih?”
3. Yang Kita Cari "Karisma"
Gibran selalu kelihatan rapi, tenang, dan kalem. Tapi sayangnya, itu belum cukup buat bikin publik ngerasa dia hadir sebagai pemimpin.
Karisma itu bukan soal penampilan doang, tapi soal kehadiran. Bisa bikin orang ngerasa, “Oke, ini pemimpin gue.” Bisa bikin publik percaya, “Orang ini ngerti masalahnya rakyat.”
Banyak orang nge-fans sama Gibran waktu masih jadi Wali Kota Solo karena terlihat praktis dan nggak neko-neko.
Tapi sekarang, ketika levelnya udah nasional, ekspektasinya juga naik. Publik pengin lihat pemimpin yang berani ngomong, berani ambil posisi, dan jelas pendiriannya.
Dan kalau terus diam, cuma muncul pas seremoni atau saat diwawancara sekilas, lama-lama publik bakal kehilangan ketertarikan.
Karisma nggak lahir dari tayangan viral. Karisma lahir dari sikap dan kerja nyata.
Gibran udah ada di posisi penting, dan itu fakta. Banyak orang mungkin masih ngerasa aneh atau nggak percaya, tapi justru karena itu, dia punya kesempatan buat buktiin bahwa anak muda bisa pimpin negeri ini. Bukan sekadar duduk manis dan viral, tapi kerja nyata.
Masyarakat, terutama anak muda, udah terlalu cerdas buat dibuai pencitraan.
Kita butuh pemimpin yang bisa ngomong langsung ke publik, bukan cuma lewat akun media sosial. Kita butuh Wapres yang punya isi, bukan cuma nama belakang.
Jadi, kalau Gibran serius mau ninggalin jejak kepemimpinan yang kuat, sekarang saatnya. Nggak usah tunggu momen besar.
Mulai aja dari menunjukkan arah. Dari menyuarakan satu isu. Dari hadir bukan cuma fisiknya, tapi juga pikirannya.
Karena kalau terus-terusan viral tapi nggak terasa perannya, jangan salahkan publik kalau akhirnya bilang: “Kita butuh pemimpin, bukan tokoh meme.” ***
Artikel Terkait
Mikrofon Nyala, Rahasia Prabowo dan Trump Terbongkar: Ini Isi Pembicaraan Mereka!
Gibran Layak Dimakzulkan? Dokter Tifa Ungkap Fakta dan Dampaknya!
Erick Thohir Dituding Sebagai Manipulator Publik, Benarkah?
5 Cara Ampuh Mengamankan Transaksi Digital di Game Online