Babak Baru Kematian Diplomat Arya Daru: Dugaan Dibungkam Sindikat TPPO hingga Siasat Penjaga Kos?

- Selasa, 29 Juli 2025 | 05:50 WIB
Babak Baru Kematian Diplomat Arya Daru: Dugaan Dibungkam Sindikat TPPO hingga Siasat Penjaga Kos?


Tabir misteri yang menyelimuti kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan, perlahan mulai tersingkap, menggeser narasi bunuh diri ke arah dugaan pembunuhan berencana yang jauh lebih kompleks.

Analisis tajam dari Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Ito Sumardi Djunisanyoto dalam podcast Deddy Corbuzier mengungkap dua titik krusial: potensi Arya sebagai target pembungkaman sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan peran janggal penjaga indekos di lokasi kejadian.

Publik dibuat bertanya-tanya, mengapa seorang diplomat yang bertugas untuk negara harus berakhir tragis dengan cara yang tidak wajar? Kasus ini bukan lagi sekadar berita duka, melainkan sebuah puzzle kriminal yang menantang kredibilitas penegakan hukum di Indonesia.

Saksi Kunci Sindikat TPPO: Motif Pembungkaman Menguat?

Spekulasi terkuat yang kini menjadi pusat perhatian adalah posisi Arya Daru Pangayunan yang diduga kuat merupakan saksi kunci dalam pengungkapan jaringan besar TPPO.

Kecurigaan ini bukan tanpa dasar. Deddy Corbuzier dalam podcastnya secara lugas menyoroti kemungkinan ini.

"Ini memunculkan spekulasi kematiannya menguntungkan sindikat," ujar Deddy, menyuarakan logika sederhana yang mengarah pada motif eliminasi.

Dugaan ini diperkuat oleh Komjen (Purn) Ito Sumardi, mantan Kabareskrim Polri yang memiliki pengalaman segudang dalam menangani kejahatan terorganisir.

Menurutnya, tugas yang diemban Arya di lapangan sangat berisiko tinggi, sebanding dengan bahaya yang dihadapi seorang reserse kriminal. Ito menegaskan betapa berbahayanya jaringan ini.

"Jaringan TPPO bisa melibatkan penjualan organ manusia," ungkapnya, menggambarkan skala kekejaman sindikat yang mungkin terusik oleh sepak terjang Arya.

Kecurigaan semakin mengental dengan adanya informasi mengenai hilangnya dokumen-dokumen penting milik Arya pasca kematiannya.

Jika terbukti benar, hilangnya dokumen krusial ini bisa menjadi smoking gun atau bukti pemicu yang memperjelas motif pembunuhan. Ito Sumardi mendesak penyidik untuk tidak hanya fokus pada TKP, tetapi juga melakukan penelusuran digital forensik.

"Penting bagi penyidik untuk memeriksa laptop dan jejak digital ponsel korban selama sebulan terakhir," sarannya, menyoroti pentingnya melacak komunikasi dan data yang mungkin disimpan oleh almarhum.

Kejanggalan di TKP: Peran Misterius Penjaga Kos Disorot Tajam

Jika sindikat TPPO adalah dalangnya, siapa eksekutor di lapangan? Di sinilah peran penjaga indekos menjadi sorotan utama.

Komjen (Purn) Ito Sumardi membedah rekaman CCTV dan menemukan serangkaian perilaku yang sangat tidak wajar dan mencurigakan.

Tingkah laku penjaga kos yang terekam kamera—terlihat mondar-mandir dan tidak segera bertindak meski telah dihubungi oleh istri korban, dinilai sebagai sebuah keanehan besar.

"Mengapa dia tidak langsung mengecek kamar korban?" tanya Ito, menyiratkan kemungkinan adanya keraguan atau bahkan skenario yang sedang dijalankan.

Detail-detail kecil di TKP pun tak luput dari analisisnya. Matinya lampu sensor saat penjaga kos membawa sapu dan keputusan untuk mencongkel pintu padahal seharusnya ada kunci master, adalah dua dari banyak anomali yang harus didalami. Kejanggalan ini membuka pintu spekulasi liar.

"Penjaga kos bisa saja memiliki motif pribadi atau disuruh orang lain," tegas Ito Sumardi.

Pernyataan ini secara tidak langsung menghubungkan kemungkinan keterlibatan orang dalam dengan pihak eksternal yang lebih besar.

Deddy Corbuzier menyimpulkan bahwa kasus ini "tidak sesederhana kelihatannya dan bisa lari ke mana-mana." Kompleksitas inilah yang menuntut penyelidikan super cermat.

Publik kini menanti langkah tegas dari kepolisian untuk menerapkan scientific crime investigation secara transparan, membuktikan apakah Arya Daru Pangayunan adalah korban depresi, atau martir yang dibungkam karena keberaniannya mengungkap kebenaran.

Sumber: suara
Foto: Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Ito Sumardi Djunisanyoto [YouTube/Deddy Corbuzier]

Komentar