Atas situasi yang semakin mengancam ini, pemerintah kolonial pun mengambil tindakan.
Perburuan harimau digelar sebagai langkah perlindungan bagi penduduk dan pekerja di sekitar Jakarta.
Pemerintah Turun Tangan
Sejarawan Hendrik E. Niemeijer dalam Batavia, Masyarakat Kolonial Abad XVII (2012) mencatat pada tahun 1644, VOC pernah mengerahkan sekitar 800 orang untuk memburu harimau.
Hewan-hewan buas itu kemudian dibunuh dan bangkainya dipamerkan di depan Balai Kota, yang kini berada di kawasan Kota Tua, Jakarta.
Tak hanya melibatkan pasukan resmi, VOC juga mengajak masyarakat sipil untuk ikut serta dalam perburuan.
Sebagai imbalannya, VOC memberikan hadiah uang tunai yang jumlahnya bervariasi.
Alias tergantung pada ukuran dan tingkat keganasan harimau yang ditangkap.
Menurut catatan sejarawan Peter Boomgaard, untuk harimau biasa hadiah yang diberikan sekitar 10 ringgit.
Nominal ini cukup untuk memenuhi kebutuhan beras satu keluarga selama setahun.
Insentif ini mendorong banyak orang melakukan perburuan secara mandiri demi meraih keuntungan. Akibatnya, populasi harimau menyusut drastis.
Boomgaard mencatat setiap tahun lebih dari 50 harimau terbunuh hanya di sekitar Batavia.
Populasi harimau yang semakin terdesak akhirnya bermigrasi ke wilayah lain yang masih berhutan, seperti Banten dan Bogor (dahulu Buitenzorg).
Namun, perburuan tak berhenti di Jakarta. Di berbagai wilayah Jawa, perburuan harimau juga berlangsung secara masif, terutama dengan alasan keamanan penduduk.
Dalam riset berjudul "The Last Tiger in East Java: Symbolic Continuity in Ecological Change" (1995) antropolog R. Wessing menjelaskan, perburuan harimau disebabkan oleh perubahan peta ekonomi di Jawa.
Masifnya pembukaan hutan untuk keperluan perkebunan dan ekonomi kolonial memicu gesekan antara hewan buas itu dan manusia.
Akibatnya, konflik pun tak terelakkan. Harimau menyerang ternak dan manusia dengan rata-rata korban jiwa mencapai 2.500 orang per tahun.
Demi alasan keamanan, manusia lantas berburu harimau.
Alhasil, perburuan yang berlangsung selama bertahun-tahun membuat populasi harimau, khususnya harimau Jawa, menurun drastis.
Pada 1940, diperkirakan hanya tersisa 200-300 ekor. Jumlah ini terus menyusut hingga harimau Jawa dinyatakan punah pada 1980-an.
Sumber: CNBC
Artikel Terkait
Jakarta Lumpuh! Ribuan Buruh dan Guru Madrasah Swasta Serbu Istana & DPR, Ini 5 Tuntutan yang Bikin Pemerintah Kelabakan
Viral! Oknum Brimob Catcalling di Trotoar, Langsung Dihajar Propam
Viral Gaya Hidup Mahasiswi UNS Penerima KIP: Ditemukan Dugem, Circle Hedon, tapi ke Kampus Jalan Kaki, Ini Fakta di Baliknya!
Deddy Corbuzier Resmi Diceraikan Sabrina: Terkadang Cinta Tak Cukup