POLHUKAM.ID - Bengis! Satu kata itu mungkin bisa menggambarkan aksi pengeroyokan yang dialami driver ojek online (ojol) bernama Rusdamdiansyah.
Sosok berusia 25 tahun itu meregang nyawa usai dikeroyok pendemo di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar Jumat (29/8/2025) malam.
Ironisnya, Dandi tewas usai dituduh intel oleh peserta aksi hingga dikeroyok secara membabi-buta.
Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kemenkes Makassar di kawasan CPI dalam kondisi kritis dan berujung kehilangan nyawa.
Dandi tewas “dibunuh” warga sendiri. Lebih ironis lagi, kasus yang menimpa Dandi seakan “dilenyapkan”.
Tak ada artis yang datang ke rumah duka untuk mengucapkan bela sungkawa mupun memberikan bantuan tali asih.
Bahkan nyaris tak terdengar suara lantang dari aktivis, lembaga bantuan hukum (LBH), himpunan mahasiswa, organisasi masyarakat (ormas), musisi ‘yang mendadak kritis’ hingga media untuk terus mengawal dan mendedak pengusutan tuntas tewasnya Dandi.
Tragedi yang menimpa Dandi seakan “bukan isu menarik” untuk mereka bahas atau diperjuangkan.
Apalagi, kasus wafatnya Dandi juga langsung tertutup tewasnya mahasiswa Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama.
Dalam kasus tewasnya Rheza, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X langsung berkoordinasi dengan Kapolda untuk menangani kasus meninggalnya Rheza.
Sementara keluarga Dandi, mereka seakan “dipaksa” menerima kematian dan kabar duka yang tak pernah diinginkan.
Pihak Grab Indonesia turut menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Dandi yang telah menjadi bagian dari komunitas mitra pengemudi sejak lebih dari tujuh tahun lalu.
Artikel Terkait
Polisi Gerebek Pesta Gay di Surabaya, Ini Kronologi Lengkap yang Berawal dari Laporan Warga
Bocoran Dokumen hingga Pengacara! 4 Kesamaan Mengejutkan Proses Perceraian Andre Taulany dan Baim Wong
Sengkarut Utang Whoosh: Alasan Jokowi Tegaskan KCJB Bukan untuk Cari Untung
Satu Kembali, Sisanya Hilang: Daftar Lengkap Perhiasan yang Dicuri dari Louvre Paris