Berbeda dengan SBY, Purbaya menyebut pertumbuhan ekonomi di era Presiden Jokowi rata-rata hanya sekitar 5% atau di bawah.
Menurutnya, hal ini dipengaruhi pertumbuhan uang beredar yang rendah, yakni hanya sekitar 7%, bahkan sempat 0% selama dua tahun sebelum krisis.
Dengan kondisi tersebut, Purbaya menyebut ekonomi seperti “dicekik” karena swasta yang selama ini menggerakkan 90% perekonomian justru melambat, sementara pemerintah menjadi mesin penggerak utama.
“Pada zaman Pak Jokowi, uang tumbuh hanya sekitar 7%, bahkan sempat 0%. Ekonomi seperti dicekik. Saya kaget saat kembali diminta membantu pemerintah tahun 2020, karena ekonomi sulit bergerak meski sudah ada stimulus,” jelasnya.
Peringatan untuk Pemerintahan Prabowo
Menkeu juga memberi peringatan bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang baru berjalan.
Menurutnya, jika belanja pemerintah tetap lambat dan kebijakan moneter tidak lebih longgar, kondisi bisa lebih buruk dibanding era SBY maupun Jokowi.
“Kalau pemerintah lambat belanjanya dan moneter juga mencekik, maka bisa lebih buruk dari dua era sebelumnya, karena dua mesin mati,” kata Purbaya.
Ia menegaskan, pelajaran dari pengalaman SBY dan Jokowi adalah pentingnya menjaga keseimbangan antara peran fiskal dan moneter agar pertumbuhan swasta tetap berjalan beriringan dengan belanja pemerintah.
Sumber: PorosJakarta
Artikel Terkait
Polisi Gerebek Pesta Gay di Surabaya, Ini Kronologi Lengkap yang Berawal dari Laporan Warga
Bocoran Dokumen hingga Pengacara! 4 Kesamaan Mengejutkan Proses Perceraian Andre Taulany dan Baim Wong
Sengkarut Utang Whoosh: Alasan Jokowi Tegaskan KCJB Bukan untuk Cari Untung
Satu Kembali, Sisanya Hilang: Daftar Lengkap Perhiasan yang Dicuri dari Louvre Paris