Prabowo Ngaco Angkat Qodari? Rocky Gerung Ungkap Dampak Negatifnya ke Citra Presiden

- Rabu, 24 September 2025 | 20:00 WIB
Prabowo Ngaco Angkat Qodari? Rocky Gerung Ungkap Dampak Negatifnya ke Citra Presiden


Pengamat Politik Rocky Gerung mengaku kurang sepaham dengan Presiden Prabowo Subianto yang melakukan reshuffle jilid duanya.

Pasalnya, menurut Rocky, Tindakan Presiden Prabowo memilih Muhammad Qodari sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) kurang tepat.

“Kelihatannya Pak Prabowo itu ingin meng-addres tuntutan publik (soal demonstrasi besar – besaran), tapi address-nya juga ngaco, karena ngangkat Qodari,” ujar Rocky, dikutip dari youtube Mahfud MD, Selasa (24/9/25).

“Jadi Qodari ini akhirnya ya jadi duri dalam daging juga bukan pada Prabowo saja tetapi juga pada masyarakat sipil,” imbuhnya.

Rocky menyebut bahwa Tindakan Presiden Prabowo untuk meredam tuntutan publik dengan mengangkat Qodari adalah reaksi yang buruk.

“Bagaimana tidak? Qodari itu mengusulkan 3 periode. Artinya Prabowo pakai Qodari supaya 3 periode juga? Kan begitu presepsinya,” ujarnya.

“Jadi kita kasih kritik juga bahwa oke reaksi Prabowo mengangkat Qodari itu adalah reaksi yang buruk. Dengan kata lain berarti Prabowo tidak pernah pelajari prestasi anti demokrasi dari Qodari, kan itu dasarnya,” Sambungnya.

Rocky sempat menilai bahwa reshuffle pertama yang dilakukan Presiden Prabowo sudah cukup memuaskan.

Namun untuk reshuffle kedua, Rocky menilai bahwa itu sangat mengecewakan, pasalnya Presiden Prabowo dianggap tidak paham dengan tuntutan publik sebenarnya.

“Ini publik akhirnya punya presepsi macam itu,” ucap Rocky.

“Sudah bagus Prabowo bereaksi, reshuffle pertama oke, karena reshuffle kedua dia tidak sempat memikirkan apa sebetulnya tuntutan publik. Jadi refleksi dia (Prabowo) terhalang oleh keinginan dia untuk langsung mengaddress kepentingan publik itu,” urainya menambahkan.

Jabatan Kepala Staf Kepresidenan menurut Rocky adalah jabatan yang sangat penting, bahkan ia menyebut sebagai orang nomor dua.

Sementara itu ia menyayangkan lantaran posisinya diberikan pada Qodari yang menurutnya memiliki track record negative.

“Nah begitu Qodari diangkat, maka negative impression pada presiden pasti drop,” sebutnya.

“Qodari itu, KSP itu orang kedua loh. Di Amerika itu Kepala Staf Presiden orang kedua loh. Nah sekarang pertanyaannya mengapa orang anti demokrasi, memanipulasi konstitusi dengan 3 periode berdasarkan survey diangkat jadi KSP,” tambahnya.

Rocky menilai bahwa Qodari memiliki catatan negative karena sempat memperjuangkan Presiden ke 7, Joko Widodo (Jokowi) untuk maju 3 periode.

“Itu yang menjadi kritik anak-anak muda sekarang. Kalau saya pergi ke Universitas mereka mengatakan Kok Pak Prabowo nggak ngerti ya bahwa demokrasi itu artinya menyelamatkan ide awal konstitusi, sementara Qodari itu menghalangi ide awal itu, dengan mengusulkan Pak Jokowi sebagai 3 periode, ini catatan negative,” urainya.

Sebelumnya diketahui bahwa Qodari yang masih menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indo Barometer saat itu menyebut ada tiga skenario calon presiden atau capres 2024.

Salah satu skenario yang disebutkan menjadi sorotan.

Qodari menyebut bahwa bisa saja Presiden Joko Widodo berpasangan dengan Prabowo (Menhan) melawan kotak kosong.

“Tentunya ini terjadi apabila amandemen masa jabatan bisa tiga periode,” ungkap Qodari dalam sebuah webinar, pada 8 Mei 2021.

Statement soal 3 periode ini sontak menjadi perbincangan para pakar hingga Masyarakat umum. Banyak yang menilai bahwa pernyataan tersebut telah menyalahi aturan.

Sementara itu, Jokowi menepis soal pernyataan 3 periode tersebut.

Pihaknya menyatakan tidak berminat menjadi presiden melebihi batas waktu yang diatur dalam konstitusi, yakni selama dua periode.

“Saya tegaskan, saya tidak ada niat, tidak berminat juga menjadi presiden tiga periode. Konstitusi mengamanatkan dua periode. Itu yang harus kita jaga bersama – sama,” ujar Jokowi, pada 15 Maret 2021.


Sumber: suara
Foto: Pengamat politik Rocky Gerung. (Youtube Mahfud MD Official)

Komentar