PANAS! Dualisme Reformasi Polri: Antara Tim Sigit dan Tim Prabowo

- Kamis, 25 September 2025 | 14:45 WIB
PANAS! Dualisme Reformasi Polri: Antara Tim Sigit dan Tim Prabowo


Dalam konteks inilah tekanan publik menjadi sangat kuat. 


Reformasi Polri tidak bisa lagi berhenti pada seminar atau pembentukan tim, melainkan harus menghasilkan perubahan konkret pada level pelayanan dan integritas aparat di lapangan. Tanpa itu, reformasi hanya akan menjadi kosmetik.


Kebutuhan Polri ke Depan


Ke depan, Polri dihadapkan pada tantangan yang jauh lebih besar:


1. Digitalisasi Kejahatan – dari cybercrime, hoaks, hingga kejahatan finansial digital.


2. Polarisasi Politik – Polri harus netral dan tidak boleh menjadi alat kekuasaan.


3. Krisis Kepercayaan Publik – pemulihan legitimasi Polri tidak bisa ditawar, sebab kepercayaan publik adalah fondasi bagi otoritas mereka.


Dalam hal ini, reformasi kultural sebagaimana ditekankan Mahfud menjadi sangat mendesak. 


Tanpa meritokrasi, regenerasi Polri hanya akan menghasilkan pejabat yang dipilih karena kedekatan atau uang, bukan karena kapasitas.


Menjembatani Dualisme


Pertanyaan pentingnya adalah: apakah Tim Sigit dan Tim Prabowo akan berjalan beriringan, atau justru bersaing dalam merebut pengaruh? 


Jika keduanya tidak dikonsolidasikan, maka Polri hanya akan menjadi objek tarik-menarik politik. 


Tetapi jika dualisme ini dijembatani dengan koordinasi, publik bisa berharap adanya reformasi substantif yang menyentuh akar masalah.


Penutup


Reformasi Polri adalah kebutuhan bangsa, bukan proyek politik. 


Kehadiran Mahfud MD memberi sinyal keseriusan, tetapi tetap ada keraguan publik apakah ini hanya akan berakhir sebagai “tim demi tim” tanpa hasil nyata. 


Pada akhirnya, keberhasilan reformasi ditentukan oleh satu hal: apakah Polri berani mengubah dirinya, bukan hanya di atas kertas, melainkan di mata rakyat yang setiap hari berhadapan dengan mereka.


Sumber: FusilatNews

Halaman:

Komentar

Terpopuler