Ketergantungan pada Figur Jokowi dan Kaesang
Dedi menambahkan, selama ini PSI cenderung mengandalkan nama besar Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi), terutama karena adanya hubungan kekeluargaan dengan Kaesang Pangarep. Masuknya Kaesang, putra bungsu Jokowi, ke dalam struktur kepemimpinan PSI memang sempat mendongkrak visibilitas partai secara signifikan.
Namun, menurut Dedi, ketergantungan ini menunjukkan bahwa daya tarik PSI masih bersifat eksternal dan belum mampu menciptakan branding politiknya sendiri yang otentik. "Di luar itu, PSI tidak memiliki apapun yang bisa ditawarkan ke publik," tegasnya.
Masa Depan Strategi PSI Menuju Pemilu 2029
Lebih lanjut, Dedi memprediksi bahwa PSI kemungkinan besar akan terus menggunakan strategi gimik serupa hingga Pemilu 2029. Prediksi ini didasarkan pada analisis bahwa masalah mendasar PSI, yaitu kekurangan ide dan tokoh, tidak akan terselesaikan dalam waktu singkat.
"Bukan soal durasi, tapi lebih pada soal kekurangan gagasan," pungkas Dedi. Dengan demikian, publik dapat memperkirakan bahwa manuver-manuver sensasional akan terus menjadi ciri khas PSI dalam beberapa tahun ke depan, alih-alih perdebatan ideologis yang mendalam.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur