Misalnya, UAS melanjutkan, dengan melakukan segala macam usaha agar ada keberlanjutan kekuasaan. "Dari mulai penambahan waktu yang telah ditetapkan oleh demokrasi, kemudian tidak bisa melakukan itu, lalu dilanjutkan oleh orang berbeda tetapi signal-nya tetap sama," katanya.
Karena itu, UAS mengatakan, perlu ada penyadaran terhadap umat ini sehingga di sinilah pentingnya akal sebagai alat untuk berpikir, menemukan kebenaran dan kejernihan. Menurut UAS, masyarakat yang tidak punya kepentingan, insya Allah pikirannya jernih. Masyarakat pulalah yang memberikan hak suara.
"Suara terbesar dalam demokrasi itu ada di kedaulatan rakyat. Rakyat yang berdaulat. Silakan saja orang yang punya kekuasaan, yang berharta, menunjukkan kekuasaannya. Tetapi ingat, periode lalu itu 32 tahun, dengan segala perangkat kekuasaan yang ada, toh pada akhirnya tumbang juga karena masih ada orang-orang berakal, orang-orang cerdas," ujarnya.
UAS juga mengutip surat al-Mulk ayat 10, yang berisi tentang ganjaran bagi orang-orang yang tidak berpikir. "Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala" (QS al-Mulk ayat 10).
Sumber: republika
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur