Menurutnya, suara masyarakat yang sesungguhnya tidak tentu tercermin dari hasil survei, dan sensus adalah gambaran suara masyarakat yang sesungguhnya.
Hal itu Anies sampaikan lantaran ia mempunyai pengalaman yang serupa, ketika elektabilitasnya berada di urutan terbawah pada saat mencalonkan diri sebagai Gubernur di Jakarta.
“Kami di Jakarta itu, belum pernah ada survei yang menempatkan kami nomor dua, apalagi nomor satu, bahkan seminggu sebelum pilkada Jakarta kami ini tetap masih nomor tiga,” kata Anies.
Ketika hari pilkada itu tiba, Anies menemukan susana yang jauh berbeda dan angkanya juga jauh berbeda.
“Jadi yang ingin saya sampaikan kepada semua, angka yang muncul di survei ini jadikan sebagai pemicu bagi kita untuk kerja lebih keras, untuk menjangkau lebih banyak,” pungkas mantan Gubernur Jakarta itu.
Ia malah merasa berterima kasih kepada orang-orang yang melakukan survei untuknya, karena ia bisa memperoleh informasi itu dengan gratis, tanpa berbayar.
“Karena sekali survei itu berapa ratus juta yang harus dikeluarkan. Jadi kadang-kadang saya berfikir, kalau ada yang bisa melakukan survei tiap dua mingguan itu kan angkanya mahal juga ya?” tutur Anies.
“Artinya, pasti harus ada sosok yang membiayai untuk itu. Nah kami bagian dari menerima manfaatnya saja, jadi kami terima kasih sekali,” tambhanya.
Sumber: jawapos
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur