Palestine Chronicle melansir, sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh Lebih dari 100 pejabat senior militer dan pemerintah Israel di Institut Kontra Terorisme Universitas Reichman juga mencapai kesimpulan serupa mengenai apa yang bisa terjadi jika terjadi perang habis-habisan antara Israel dan kelompok Perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Menurut penelitian,bperang Israel-Lebanon di utara akan dimulai dengan “rentetan roket Hizbullah dlaam jumlah besar dan merusak”. Serangab yang kemungkinan akan menjangkau seluruh wilayah Israel. Jumlah roket Hizbullah yang menghantam Israel diperkirakan antara 2.500 dan 3.000 per hari.
Roket Hizbullah juga akan melibatkan perpaduan antara rudal jarak jauh yang presisi dan roket yang kurang akurat. Hizbullah kemungkinan besar akan memusatkan serangannya pada satu wilayah saja, misalnya pangkalan militer besar Israel atau kota tertentu di tengah negara.
Roket-roket tersebut akan terus berlanjut setiap hari dan kemungkinan akan berlangsung hingga enam minggu. Selain itu, skenario suram ini kemungkinan akan memburuk dan mengarah pada ‘kekacauan’ total ketika Hizbullah mengirim ratusan pasukan komando Radwan untuk merebut kota-kota dan desa-desa di Israel selain mengambil kendali atas pangkalan militer Israel, studi tersebut memperingatkan.
Saat ini diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak 7 Oktober. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 31,645 warga Palestina telah syahid, dan 73,676 terluka dalam genosida Israel tersebut.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan syahid di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza. Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir – yang kini menjadi eksodus terbesar di Palestina sejak Nakba 1948. Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Banjir al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober. Media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa banyak warga Israel terbunuh pada hari itu karena tembakan pasukan Israel.
Sumber: republika
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur