Sedangkan, dari Perum Jasa Tirta II Reni Mayasari menyampaikan dampak perubahan iklim pada pengelolaan 3 waduk besar di Sungai Citarum. Ketiga waduk tersebut yaitu Waduk Saguling (1985), Waduk Cirata (1988), dan Waduk Ir. H. Djuanda (1967). Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, diperlukan penguatan dalam pengelolaan ketiga waduk tersebut.
Pada sesi yang lain, pembicara dari Balai Teknik Bendungan, Ditjen Sumber Daya Air, Aris Rinaldi menyampaikan bahwa monitoring air tanah dalam evaluasi keselamatan bendungan merupakan bagian penting dalam pengelolaan dan pemeliharaan bendungan. Selain itu, dari Balai Wilayah Sungai Merauke, Ditjen Sumber Daya Air, Andri Puji Wahyudi menjelaskan analisis dan evaluasi jangka pendek dan jangka panjang antara instrument data dan seep/w application pada Bendungan Jatiluhur Jawa Barat.
Pembicara lainnya dari PT. Waskita Karya Stella Monica memaparkan penggunaan sistem beton pracetak modular pada dinding samping bendungan, dengan studi kasus di Proyek Bendungan Margatiga Kabupaten Lampung Timur. Sedangkan Anom Prasetyo dari PT Vale Indonesia menyampaikan monitoring kinerja bendungan setelah bencana gempa bumi.
Sumber: populis.id
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur