Menagih Janji Ulah Gibran Rakabuming Raka: 19 Juta Lapangan Kerja Baru

- Sabtu, 15 Februari 2025 | 00:00 WIB
Menagih Janji Ulah Gibran Rakabuming Raka: 19 Juta Lapangan Kerja Baru


Menagih Janji Ulah Gibran Rakabuming Raka: '19 Juta Lapangan Kerja Baru'


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Pada debat cawapres yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Senayan, pada 21 Januari 2024, Gibran Rakabuming Raka berjanji akan membuka 19 juta lapangan kerja baru, dengan 5 juta di antaranya merupakan green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan. 


Janji tersebut tampak ambisius dan mengundang optimisme, tetapi di awal pemerintahan Prabowo, yang justru terjadi adalah pemangkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara besar-besaran sebesar 25 persen.


Pemangkasan APBN ini menutup peluang usaha dan lapangan kerja baru yang dijanjikan. 


Bahkan, lebih jauh lagi, pemerintah justru menghapus pegawai honorer, yang seharusnya bisa menjadi bagian dari solusi ketenagakerjaan. 


Kondisi ini menunjukkan bahwa janji yang disampaikan dalam debat tampaknya hanya sekadar retorika politik tanpa rencana implementasi yang konkret.


Realitas Pemangkasan Anggaran dan Efeknya


Pemangkasan APBN dalam skala besar membawa dampak langsung pada ekonomi rakyat. 


Dengan anggaran yang lebih sedikit, pemerintah akan mengurangi investasi dalam proyek-proyek infrastruktur, pemberdayaan UMKM, dan program-program ekonomi lainnya yang berpotensi menciptakan lapangan kerja. 


Bahkan, dalam kondisi ini, janji untuk membuka 19 juta lapangan pekerjaan menjadi semakin sulit terwujud.


Lebih ironis lagi, kebijakan penghapusan pegawai honorer justru memperparah angka pengangguran. 


Ribuan tenaga kerja yang sebelumnya bergantung pada pekerjaan honorer kini harus mencari alternatif baru dalam situasi ekonomi yang semakin sulit. 


Ini bertolak belakang dengan janji kampanye Gibran yang menekankan perluasan kesempatan kerja, bukan justru penyempitan peluang.


Hilirisasi dan Tantangan di Lapangan


Gibran menyebut bahwa hilirisasi menjadi salah satu strategi utama dalam menciptakan lapangan kerja baru. Namun, perlu diingat bahwa hilirisasi tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. 


Proses ini membutuhkan investasi besar, kesiapan infrastruktur, tenaga kerja yang terampil, serta kepastian hukum bagi investor. 


Tanpa perencanaan yang matang dan dukungan kebijakan yang konsisten, hilirisasi hanya akan menjadi wacana tanpa hasil nyata.


Selain itu, hilirisasi di sektor pertanian, maritim, dan digital yang dijanjikan juga menghadapi tantangan tersendiri.


Sektor pertanian, misalnya, masih berjuang dengan masalah lahan, efisiensi produksi, dan harga komoditas yang fluktuatif. 


Sementara itu, sektor maritim masih minim investasi dan infrastruktur, serta terkendala regulasi yang belum optimal.


Green Jobs: Realitas dan Ilusi


Halaman:

Komentar

Terpopuler