SIMAK! 5 Kontroversi & Jejak Hitam Thaksin Shinawatra: Korupsi Kebijakan hingga Kasus Pidana

- Selasa, 25 Maret 2025 | 20:30 WIB
SIMAK! 5 Kontroversi & Jejak Hitam Thaksin Shinawatra: Korupsi Kebijakan hingga Kasus Pidana

Pada 2001, skor Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Thailand adalah 3,2 (peringkat 61), sedangkan pada 2005, CPI adalah 3,8 (peringkat 59).


Studi indikator tata kelola oleh Bank Dunia memberikan Thailand skor yang lebih rendah dalam hal "pengendalian korupsi" dari 2002 hingga 2005 di bawah Thaksin jika dibandingkan dengan pemerintahan yang dipimpin Demokrat pada 1998–2000.


3. Kasus Exim Bank


Pada 2019, Thaksin dijatuhi hukuman Mahkamah Agung Thailand secara in absentia atas konflik kepentingannya dalam kasus pinjaman Exim Bank.


Kasus ini melibatkan pinjaman sebesar 4 miliar baht atay sekitar Rp 1,9 triliun untuk pemerintah Myanmar pada 2004.


Pengadilan memutuskan bahwa Thaksin memiliki konflik kepentingan ketika memerintahkan Exim Bank Thailand untuk meminjamkan 4 miliar baht ke pemerintah Myanmar, dengan bunga di bawah standar.


Hal itu semata-mata agar Myanmar membeli produk dari Shin Satellite Plc, perusahaan milik keluarga Shinawatra.


4. Narapidana


Pada 2008, Thaksin dijatuhi hukuman dua tahun penjara secara in absentia atas transaksi tanah yang korup.


Dalam putusan yang menjadikannya politisi Thailand pertama yang pernah dihukum karena korupsi yang dilakukan saat menjabat sebagai perdana menteri, Thaksin dinyatakan telah melanggar aturan konflik kepentingan dengan membantu istrinya membeli tanah dari sebuah badan negara dengan harga yang tampaknya rendah.


5. Skandal Pembelian Klub Sepak Bola Manchester City


Setelah melarikan diri ke luar negeri, Thaksin terlibat dalam skandal yang melibatkan pembelian klub sepak bola Manchester City pada tahun 2007.


Thaksin membeli klub tersebut dengan harga yang cukup besar, namun dia mendapat kritik karena dianggap lebih fokus pada kepentingan pribadi dan bisnis daripada memikirkan kondisi sosial-politik di Thailand.


Pembelian ini memicu kontroversi karena Thaksin, yang masih sangat berpengaruh di Thailand, dianggap lebih tertarik pada dunia bisnis internasional ketimbang menangani masalah dalam negeri.


Selain itu, pengelolaan Manchester City pada masa Thaksin juga tidak berjalan mulus. Meskipun beberapa prestasi tercapai, namun reputasi Thaksin semakin buruk akibat keterlibatannya dalam sejumlah skandal.


Pada tahun 2008, Thaksin menjual klub tersebut kepada investor asal Abu Dhabi, meskipun pengaruhnya dalam sepak bola Inggris tetap menjadi perdebatan.


Sumber: JPNN

Halaman:

Komentar

Terpopuler