Menurutnya, aksi tersebut merupakan upaya memetakan suara yang dilakukan para elit politik yang mengusung tokoh potensial seperti Anies Baswedan.
"Saya kira tidak berlebihan, dan manuver ini biasa-biasa saja karena ceruk-ceruk suara ini berusaha dipetakan oleh para elit politik, para elit yang ingin mendukung sosok-sosok potensial yang akan diusung menjadi capres dan cawapres, begitu," kata Adib saat dihubungi, Kamis (9/6/2022).
Pada fokus tersebut, Adib menilai bahwa Anies sudah sejak lama disimbolkan sebagai oposisi. Banyak golongan Islam garis, kata Adib, yang mendukung Anies dalam kontestasi politik.
"Selalu saya katakan bahwa Anies ini simbol oposisi, banyak golongan Islam 'kanan', garis keras, menurut saya ini kan lebih banyak [dukung] ke Anies, karena kan simbol oposisi ini lebih banyak ke Anies," jelas Adib.
Menurutnya, dukungan terhadap Anies menjadi semakin banyak pada saat Prabowo Subianto bergabung dengan koalisi. Dengan demikian, polarisasi yang ada, kata Adib, akan mendukung Anies pada kontestasi politik nanti.
"Makanya ketika ada FPI Palsu, FPI Lurus, entah itu sebutannya, saya kira ini permainan diksi dan narasi. Semua ormas, semua organ, ketika masa pemilu pasti menjadi seksi, kan. Kalau dukungan FPI ke Anies saya kira, saya katakan otomatis. Karena memang FPI yang getol mendukung Anies dari awal," ungkapnya.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur