Jelang Pemilu 2024, Politik Saling Jegal Makin Kental

- Kamis, 16 Juni 2022 | 09:00 WIB
Jelang Pemilu 2024, Politik Saling Jegal Makin Kental

Dugaan kuat ini, Lanjut Harsam, merupakan implikasi riil dari permainan di high level elite yang terus berusaha menggembosi kekuatan PBNU sebagai salah satu kekuatan hijau yang menjadi penentu suksesi elektoral.

Baca Juga: Mantan Ketum PBNU: Yang Masih Permasalahkan Pancasila, Silakan Pindah ke Afghanistan!

Artinya, banyak kelompok di luar kekuatan ini, atau bahkan dari dalam yang berharap hijau Islam dapat dibonsai atau minimal dibelah sehingga memberi ruang manuver bagi kekuatan lain mereorganisasi diri.

Intrik semacam ini cukup lazim dalam rumus taktikal politik: menusuklah ke dalam kekuatan besar dan obrak-abrik dari dalam, atau belahlah menjadi dua, tiga atau sebanyak mungkin, ketika kekuatan yang besar itu sulit untuk dilawan.

"Sinyal pembonsaian PBNU atau Islam pada umumnya memang terbilang selalu jadi target serius, terutama dari kalangan negara berkepentingan bahkan aktor-aktor nonnegara," ungkapnya.

Baca Juga: Penunjukan 2 Menteri Baru Kurang Pas untuk Evaluasi Kinerja, Pengamat: Kepentingan Politik Sesaat

Kelompok yang disebutkan terakhir ini memang bekerja di balik layar yang sukar terdeteksi. Mereka umumnya bergerak melalui apa yang disebut sebagai the power of invisible hand. Cara kerja kekuatan ini meski sulit terungkap, pengaruh dan dampaknya cukup signifikan terhadap apa yang menjadi target mereka.

"Dalam praktiknya, mereka selalu mengincar sesuatu yang dalam rumusan taktikal menjadi barometer penting penghambat atau penentu ending goals," ungkapnya.

Saat ini, mereka pun melihat Indonesia tengah menghadapi satu momentum krusial yang kelak menentukan kelangsungan agenda strategis mereka di Indonesia: bisnis dan kekuasaan. Dua kata kunci itulah yang sulit dilepaskan dari sistem kerja invisible hand yang tiada hentinya memainkan pengaruh di setiap lini dan momentum.

Apalagi, kata Harsam, PBNU belakangan diduga lebih condong ke Amerika Serikat yang notabene merupakan salah satu kekuatan invisible hand yang paling berkepentingan di balik kontestasi elektoral 2024.

Baca Juga: Sebelum Lantik Menteri, Jokowi Jamu Ketum Parpol, Airlangga Blak-blakan: Konsolidasi Politik

Rumor kecondongan PBNU ke Paman Sam ini tidak terlepas dari sosok Ketum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya yang dinilai memiliki hubungan dekat dengan AS. Kecurigaan ini semakin menguat ketika baru beberapa saat Gus Yahya dilantik, kantor ormas Islam tersebut langsung dikunjungi Dubes AS untuk Indonesia, Sung Y Kim pada Senin, 1 Maret 2022. 

Sementara, sebelum-sebelumnya PBNU kerap diisukan memiliki hubungan mesra dengan Tiongkok. Kemesraan itu nampak terlihat kala PBNU sebelumnya menggelar buka puasa bersama dengan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian pada 4 Mei 2020. 

"Timbulnya perubahan 'rasa' dari China ke AS ini tentu menimbulkan rasa cemburu dari sang mantan. Apalagi jika hal ini dihubungkan dengan persaingan di antara kedua negara rivalitas dalam memperebutkan pesona Indonesia," jelasnya.

Baca Juga: Tegaskan Tak Kenal Ikatan Alumni, GP Ansor: Tolak Manuver Politik Demi Kepentingan Jangka Pendek!

Oleh karena itu, intrik politik yang coba dimainkan dengan harapan dapat melumpuhkan kekuatan hijau Islam (PBNU) menjadi make sense.

"Dengan pembacaan itu pula menjadi masuk akal bahwa untuk dapat menguasai Indonesia ke depan, kekuatan invisible hand, apakah perlu terlebih dahulu melumpuhkan salah satu kekuatan hijau melalui sanderaan politik?" pungkasnya.

Sumber: suara.com

Halaman:

Komentar