Mendengar itu, Rocky menegaskan dirinya serius kala itu. Karena sejumlah alasan.
“Saya enggak bergurau. Karena waktu itu, saya punya prinsip, calon presiden itu dia mesti lulus pertama bukan elektabilitas, tetapi eticility. Elektabilitas. Pak Mahfud pasti lulus. Lapisan kedua adalah intelektualitas. Mahfud MD pasti lulus. Baru kita izinkan dia uji elektabilitas,” jelasnya.
Itu, kata dia, berbeda dengan saat ini. Sekarang malah terbalik.
“Nah, sekarang calon presiden, calon PRD, diuji elektabilitas dulu, padahal dia defisit intelektualitas, defisit elektabilitas,” terangnya.
“Jadi pada waktu itu di dalam pikiran saya hanya Mahfud MD yang lolos elektabilitas, lulus intelektualitas, baru elektabilitas,” sambungnya.
Menggambarkan hubungannya dengan Mahfud, Rocky menyebut bahwa mereka bersahabat dalam kebaikan. Sebuah persahabatan yang tumbuh karena satu visi.
“Jadi persahabatan saya dengan Pak Mahfud itu, persahabatan karena kebaikan bersama,” pungkasnya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara