“Tapi kalau dalam politik ya sama dengan perjanjian batu tulis, dimana pada tahun 2009 Prabowo menjadi wakil Megawati. Konon (Megawati/PDIP) mau mendukung di 2014 tapi ternyata PDIP punya jagoan lain yakni presiden Jokowi,” ungkap Refly.
Lanjut Refly, jika berpacu pada fair competition, Prabowo harus bersiap melawan kembali sosok yang dulu dia angkat menjadi pemimpin daerah.
“Namanya juga dinamika yang tidak bisa kita cegah karena mereka muncul dengan sendirinya. Maka yang paling gampang biar nggak head to head, ya buka threshold itu sehingga yang dihadapi bukan Anies atau Ganjar,” jelas Refly.
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina Lagi, Presiden Jokowi Sukses? Omongan Rocky Gerung Nyelekit: Sukses di Kalangan…
Sebelumnya tepatnya dalam konteks Pilpres 2019, Anies dengan tegas menolak untuk maju sebagai Capres karena kemungkinan besar akan menjadi hambatan bagi Prabowo.
“Saya sampaikan berkali-kali bahwa saya tidak ingin menjegal (Prabowo), saya tidak mau menjadi orang yang dibawa untuk berhadapan dengan Pak Prabowo dan menghentikan Pak Prabowo, saya tidak mau. Saya katakan itu kepada siapapun yang datang kepada saya untuk berbicara tentang calon presiden,” ujar Anies dikutip dari laman kumparan, Minggu (3/7/22).
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara