Jika benar demikian, SBY menyebut hal itu bakal jadi kasus yang serius. Sebab, Jokowi akan terkesan melakukan politik tebang pilih. Jika pimpinan parpol mengikuti keinginan Jokowi, meskipun punya kasus hukum, maka akan aman. Pun sebaliknya.
“Ini tidak bisa mencegah tuduhan kepada Presiden Jokowi sebagai tidak etis dan tidak adil,” kata bekas Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Secara personal, SBY menyatakan tidak sepakat jika pasangan capres-cawapres dibatasi. “Apa alasannya? Apa kepentingannya? Apanya yang salah kalau lebih dari dua pasang?” kata dia.
Di akhir artikelnya, SBY menyampaikan sejumlah disclaimer. Dia menjelaskan, narasi yang dibangun dalam artikel ini berdasarkan percakapan di ruang publik dan informasi dari berbagai sumber terpercaya. Kendati demikian, SBY menyebut informan tersebut meminta agar identitasnya sementara ini tidak dibuka.
Selain itu, SBY turut menekankan bahwa sebagai orang tua di negeri ini, ia meminta agar tindakan yang jelas sangat mengganggu dan berbahaya dalam rangkaian Pemilu 2024 dihentikan. SBY turut menegaskan bahwa sedianya artikel ini dibuat dengan niat dan tujuan yang baik.
Hingga berita ini diturunkan, Tempo berupaya meminta tanggapan dari pihak Istana atas tulisan SBY tersebut. Sambungan telepon dan pesan singkat yang dikirimkan ke Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara, Faldo Maldini dan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin belum direspons. Selain itu, Tempo juga meminta tanggapan kepada Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto namun juga belum mendapat respons.
Sumber: tempo
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara