"Kecurigaan saya bahwa ada pengkondisian di publik akhirnya secara metodologis saya hubungkan dengan pernyataan Pak Moeldoko," ujar Rocky.
Padahal kata Rocky, kritiknya dengan cara yang sangat tajam dan bahasa yang dipilih tajam, tidak diarahkan kepada pribadi Presiden Joko Widodo. Tetapi, kepada lembaga publik, yakni kabinet, yang di dalamnya juga ada Moeldoko.
"Jadi, kita, gagal untuk membawa bangsa ini pada percakapan intelektual, itu pada dasarnya. 'Rocky Gerung kan intelektual, kenapa pakai bahasa begituan?' Iya di kampus saya pakai bahasa akademis, tetapi dalam kritik kebijakan, saya mesti pakai bahasa yang bisa dimengerti oleh orang yang berkali-kali diterangin nggak paham-paham juga tuh," jelas Rocky.
Namun demikian, Rocky mengaku tidak ada dendam kepada Moeldoko maupun Jokowi. Akan tetapi, Rocky menganggap bahwa kebijakan Jokowi harus dievaluasi.
"Kenapa saya ambil posisi itu? Karena partai-partai politik tidak ada yang bersuara tentang itu. LSM bersuara, publik internasional bersuara. Saya minta maaf karena peristiwa itu membuat perselisihan ini makin menjadi-jadi itu. Itu intinya. Dan tentu ini berbahaya di dalam tahun-tahun politik ini," pungkas Rocky.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara