Karaniya juga menyinggung soal pernyataan baru-baru ini oleh pejabat negara yang memprihatinkan banyak orang. “Kita semua tau persyaratan utama dari pemilu yang jujur dan adil adalah netralitas aparat dan tidak dibolehkannya (penggunaan) fasilitas negara untuk keperluan pemenangan calon tertentu. Keberlangsungan pemilu yang jujur dan adil tiba-tiba hilang,” jelasnya.
Baca Juga: Rangkul Pemuda di Bandung, TPN Ganjar Mahfud 'Merumput' Sambil Bebersih Sungai Cikapundung
Hal itu, menurut Karaniya, adalah dasar yang mendorong Mahfud melontarkan kritik moral.
“Tujuannya untuk membuka mata seluruh masyarakat Indonesia, bahwa meskipun ‘mesin’ aparat dan fasilitas negara sedang terus disalahgunakan untuk memenangkan salah satu calon yang bertentangan dengan konstitusi dan undang-undang, tetapi Prof Mahfud masih memiliki satu kekuatan yang jauh lebih besar,” terang Karaniya.
“Apa itu? Itu adalah kekuatan moral. Kekuatan moral inilah yang kita lihat berkali-kali sudah berhasil meruntuhkan arogansi atau kesewenang-wenangan negara,” lanjut Karaniya mencontohkan peristiwa 1998 ketika mahasiswa menggulingkan pemerintah.
“Itulah yang ingin disuarakan Prof Mahfud kepada seluruh masyarakat Indonesia. Agar kita semua tidak menyerah, tidak berdiam diri melihat hal-hal yang secara terbuka, secara telanjang, dipertontonkan kepada kita semua dan betul-betul sedang mengancam keberlangsungan dari demokrasi Indonesia ke depan,” tutup Karaniya.(*)
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: literasinetwork.com
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara