Ormas Gerakan Rakyat: Benteng Politik Anies Keluar dari Trauma Ditinggal Parpol?

- Jumat, 28 Februari 2025 | 13:50 WIB
Ormas Gerakan Rakyat: Benteng Politik Anies Keluar dari Trauma Ditinggal Parpol?

Sementara, pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,  Indaru Setyo Nurprojo menyebut Anies sudah mulai memanaskan mesin politiknya dengan terbentuknya Gerakan Rakyat. 


Namun, Indaru mengatakan terlalu dini menilai ormas tersebut akan menjadi partai politik. Pasalnya untuk menjadi partai politik banyak persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi.


Salah satu persyaratannya  jumlah DPD,  DPC, dan cabang ranting  yang harus tersebar di seluruh provinsi Indonesia.


Kehadiran Gerakan Rakyat di tengah tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik, sejatinya dimanfaatkan sebagai alat untuk 'cek ombak' mengukur sejauh mana respons publik. 


"Tapi kalau ternyata responsnya tidak begitu bagus, tentu mereka tidak akan  mengembangkan itu menjadi partai politik, dan tetap menjadi ormas," kata Indaru.


Anies Baswedan Hadiri Deklarasi Gerakan Rakyat

Dengan mengenakan jaket oranye bertuliskan ‘Gerakan Rakyat’ di bagian punggung, Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menghadiri deklarasi Ormas Gerakan Rakyat di Cilandak, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis, (27/2).#aniespic.twitter.com/zZALVuRd83


Trauma Ditinggal Parpol


Terbentuknya Gerakan Rakyat yang diprediksi akan menjadi partai politik juga disebut Agung sebagai upaya Anies untuk mengantisipasi agar tidak kembali ditinggalkan seorang diri.  


Sebagaimana diketahui, setelah gagal pada Pilpres 2024, Anies kembali mencalonkan diri sebagai gubernur pada Pilkada Jakarta 2024.


Namun perjalanannya berakhir tragis, sejumlah partai politik yang sempat menyatakan mendukungnya, seperti PKS, Nasdem dan PKB mundur teratur meninggalkannya.


Mereka berbalik arah mendukung Ridwan Kamil yang kemudian memilih Suswono untuk maju dalam Pilgub Jakarta. 


"Dan ormas ini harapannya bisa membaca situasi politik itu, bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan politik Anies ketika dia ingin terlibat dalam Pilpres. Maupun ketika ingin melakukan manuver-manuver politik tajam kepada pemerintahan," kata Agung. 


Sementara di sisi lain, Agung menilai Anies mulai menyadari bahwa  popularitas tidak cukup dijadikan sebagai modal politik.


Anies mau tak mau harus memiliki kendaraan politik berupa partai politik untuk mengantarkannya dalam kontestasi kursi kekuasaan. 


Ormas tersebut  dapat dijadikan Anies sebagai wadah bagi para pendukungnya yang tergolong banyak. Sebagaimana hasil Pilpres 2024, Anies menempati posisi kedua setelah Prabowo-Gibran, dengan  perolehan 40 juta suara. 


"Apalagi pendukung Anies yang 'Anak Abah' itu kan juga lumayan, ya, 24,95  persen waktu di pilpres kemarin. Nah, mereka butuh sarana, butuh wadah yang pas," ujar Agung.


Sementara itu, Indaru menilai bahwa Gerakan Rakyat akan dengan mudah dijadikan alat bagi Anies sebagai bagian dalam bargaining politik, seperti yang dilakukan mantan Presiden ke-7 Joko Widodo dengan ormas-ormas pendukungnya selama ini. 


Menurut Indaru hal itu menjadi wajar, mengingat pengalaman 'pahit' Anies dalam kontestasi di Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa dirinya tidak memiliki posisi daya tawar yang baik terhadap partai politik sebagai pengusung.


"Ini kan  pesan buat Anies kalau dia  masih menjadi individual dan berpetualang seperti itu, ya, ini membahayakan bagi dirinya," kata Indaru. 


Sumber: Suara

Halaman:

Komentar

Terpopuler