POLHUKAM.ID - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan terkait kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah.
Hal ini dibuktikan ketika SBY ingin mengomentari kebijakan pemerintah Indonesia terkait adanya tarif resiprokal Donald Trump lewat sosial media namun urung dilakukannya.
Menurut putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sang ayah lebih berhati-hati lantaran menghormati rekannya Prabowo Subianto yang kini menjabat sebagai presiden ke-8 RI.
"Yang dimaksudkan oleh Pak SBY lebih hemat berbicara apalagi menyampaikan statement secara publik, Mengapa? Karena beliau sangat menghormati Bapak Presiden Prabowo Subianto," kata AHY di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Minggu, 13 April 2025.
AHY menerangkan SBY yang pernah menjabat sebagai kepala negara sebelum Prabowo mengetahui persis bagaimana menjadi pemimpin di negara sebesar Indonesia di tengah badai ekonomi global yang sedang jatuh bangun.
"Tidak mudah memimpin negeri sebesar Indonesia di tengah-tengah badai dan tantangan global, termasuk juga langkah-langkah kepemimpinan yang strategis dan juga berdampak positif langsung pada masyarakat kita," tutur Ketua Umum Partai Demokrat tersebut.
"Jadi tentunya Pak SBY tidak ingin disalahartikan, justru beliau yang diam lebih banyak memberikan masukan," sambungnya.
Meskipun SBY kini hemat bicara, AHY menuturkan secara berkala sang ayah kerap memberikan masukan-masukan strategis kepada pemerintah sebagai bentuk dukungan moral.
"Saya tahu persis beliau reguler cukup sering memberikan masukan-masukan kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto. Tentunya ini sebagai bentuk komitmen secara moral yang disampaikan sejak awal, karena beliau ingin bukan hanya berjuang pada saat Pemilu, tetapi juga ingin bersama-sama memberikan support lahir batin agar Bapak Presiden Prabowo Subianto sukses," jelasnya.
"Karena kalau pemerintahnya sukses, maka rakyat yang akan mendapatkan manfaat terbaiknya," pungkas AHY.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
Beathor Suryadi Ungkap Ijazah Jokowi Hasil Cetakan di Pasar Pramuka, Refly Harun: Ngeri-ngeri Sedap
Pakar UI: Pemakzulan Bisa Dilakukan Lewat Konstitusi atau Ekstra Konstitusi, Rakyat yang Bergerak
Profesor BRIN: Pemakzulan Hal Biasa di Indonesia dan Tidak Bisa Sepaket
Jejak Misterius Relawan Asal Solo, Diduga Otak Pembuatan Ijazah di Pasar Pramuka, Menghilang sejak Kasus Bambang Tri