Akhirnya Rismon Sianipar Akui Bukan Ijazah Jokowi Yang Palsu, Tapi...

- Rabu, 04 Juni 2025 | 21:00 WIB
Akhirnya Rismon Sianipar Akui Bukan Ijazah Jokowi Yang Palsu, Tapi...




POLHUKAM.ID - Akhirnya ahli digital forensik, Rismon Sianipar mengakui bukan ijazah Jokowi yang palsu, tapi foto ijazah Jokowi yang diposting di media sosial. 


Pengakuan Rismon Sianipar diucapkan setelah dia dicecar pakar psikologi forensik Reza Indragiri dalam sebuah podcast.   


Awalnya, Reza mempertanyakan kesimpulan Rismon tentang ijazah Jokowi, sementara dia belum pernah memegang ijazah aslinya.


"Kesimpulannya ijazah itu palsu ? bagaimana mungkin bisa sampai simpulan ijazah palsu. Bang Rismon sendiri mengakui kan bang Rismon tidak pernah memegang ijazah Jokowi kan," tanya Reza.


Rismon lantas membeberkan niatnya hanyalah untuk memberi edukasi pada masyarakat.


 "Saya ingin mengedukasi publik bahwa apa yang diklaim di medsos Dian Sandi ini ijazah Jokowi asli, fotonya ini, ya saya bantah," katanya.


Dirinya pun tetap pada pendiriannya, yakni dalam pengujian lewat aplikasi menyatakan bahwa foto ijazah Jokowi postingan Dian Sandi adalah palsu.


"Bahwa berdasarkan ELA itu banyak sekali potensial edit. Terutama copypaste, sebaran dari kompresinya itu tidak seragam, maka itu potensial edit sangat tinggi. Bahkan saya uji hampir 70 persen, lewat 50 persen maka kita harus menyimpulkan itu cenderung fake," katanya.


Reza Indragiri mengatakan kesimpulannya berarti bukan ijazah Jokowi yang palsu, melainkan foto postingan Dian Sandi.


"Mungkin akan aman kalau kalimat bang Rismon bukan ijazah Jokowi palsu. Kalimatnya begini ijazah Jokowi yang diperlihatkan oleh Dian Sandi itu palsu. Nah itu baru mungkin," kata Reza Indragiri.


Sementara itu, Rismon mengakui bahwa selama ini yang palsu bukan ijazah Jokowi, melainkan foto postingan.


"Memang itu kan, kan selalu dalam apa, ijazah Jokowi yang diklaim asli oleh Dian Sandi kita harus jawab, lewat apa ? Ya bukan lewat subjektif oh itu palsu. Ada tools, error level analisis, mendeteksi sebaran kompresi dari citra digital itu. Dan memang banyak sekali terdeteksi itu hasil editan," kata Rismon.


"Kalau polisi punya ahli kan pasti juga mendeteksi yang sama. Jadi itu menjawab yang di media sosial kita harus hati-hati, siapapun mengatakan itu klaim ya sudah kita uji," tambahnya.


Dalam kesempatan sama, Ahli Digital Forensik dan Pakar IT, Josua M Sinambela menerangkan objek penelitian tidak bisa barang fisik lalu difoto dan foto tersebut yang diuji.


"Pemeriksaan digital forensik hanya bisa dilkukan pada dokument atau data digital. Misal ada foto kemudian anda foto jadi digital kemudian anda analisi ELA dan lainnya, itu tidak berdasar. Tidak bisa dilakukan analisis terhadap ini, terutama masalah keaslian," katanya.


"Misalnya ijazah terus difoto kemudian dianalisis dan itu membuktikan bahwa ini palsu atau tidak," tambah Josua.


Menurutnya foto tersebut hanya bisa digunakan sebagai petunjuk.


"Foto yang bisa kita gunakan hanya untuk melihat petunjuk siapa yang mengeluarkan ijazah tersebut, tanggal berapa, siapa yang tandatangan, ada capnya atau tidak. Nanti bisa dibandingkan ijazah Jokowi atau Rismon misalkan. Ijazah Rismon sama gak dengan. Kita gak bisa melakukan analisis yang berbau digital forensik karena dokumennya," kata Josua.


Sebelumnya, Josua Sinambela juga mengklaim dokumen berupa foto dan video skripsi Jokowi yang menjadi bahan analisis Rismon Sianipar ternyata miliknya. 


Dokumen tersebut sempat dikirim Josua kepada Rismon lewat WhatsApp saat berupaya mengajak diskusi dan meluruskan hasil analisis Rismon yang keliru. 


Namun sayangnya, kata Josua, dokumen itu justru dimanfaatkan Rismon untuk menguatkan asumsi-asumsi liar bahwa skripsi dan ijazah Jokowi palsu. 


"Video dan foto inilah yang disalahgunakan dia untuk menguatkan asumsi-asumsinya," ujar Josua seraya menunjukkan bukti kiriman foto dan video skripsi Jokowi kepada Rismon.


Menurut Josua skripsi Jokowi yang dikritisi Rismon Sianipar sebenarnya memiliki kesesuaian dengan skripsi milik mahasiswa lain angkatan 1985 di Fakultas Kehutanan UGM.


Kesimpulan itu dia peroleh berdasar hasil pengecekan langsung terhadap skripsi Jokowi dan teman seangkatannya yang diperoleh dari perpustakaan UGM.


“Kalau pakai logika Rismon, berarti skripsi mahasiswa lain juga palsu dong? Padahal faktanya, dulu tanda tangan tidak menjadi syarat yudisium, dan banyak mahasiswa hanya mencetak skripsi formal untuk keperluan wisuda, bukan sebagai bukti utama kelulusan,” ungkap Josua.


Josua juga menyoroti pendekatan metodologis Rismon yang dinilai tidak sesuai standar kajian ilmiah.


“Dia bilang sudah melakukan penelitian, tapi bahan analisisnya malah dari foto dan video yang saya kirimkan. Peneliti mana yang pakai data orang lain tanpa verifikasi langsung?" ujarnya.


Selain itu, Josua juga membeberkan bukti bahwa font Times New Roman yang dijadikan salah satu landasan Rismon menuding skripsi Jokowi palsu itu sebenarnya juga digunakan dalam skripsi teman-teman Jokowi lainnya di angkatan 1985.


Kesesuaian lainnya, menurut Josua, skripsi Jokowi dan teman seangkatannya itu juga dijilid di tempat percetakan yang sama bernama Perdana. 


Skripsi yang dijilidkan di percetakan Perdana itu, kata dia, menggunakan font yang sama pada halaman depan atau judul hingga halaman pengesahan. Sedang isi skripsi semua menggunakan mesin tik. 


"Dia (Rismon) nggak punya kesempatan untuk mendokumentasi seperti yang saya lakukan," ujarnya.


Tak hanya meragukan hasil analisisnya terkait skripsi dan ijazah Jokowi, Josua juga turut meragukan keahlian Rismon yang mengklaim sebagai ahli digital forensik. 


Sebab sepengetahuan dia, Rismon juga baru ditunjuk sebagai ahli dalam sebuah persidangan oleh pihak kuasa hukum. Salah satunya terkait kasus Vina Cirebon.


"Yang menarik sebenarnya teman-teman dari Vina itu lebih dahulu menghubungi saya sebelum Rismon. Artinya sebenarnya mereka juga lebih percaya saya. Tapi saya tolak," katanya.


Sumber: Tribun

Komentar