Dia kembali menegaskan, ajang turnamen untuk regenerasi atlet terbaik harus dirutinkan. "Sejak 2020 belum ada tournament seperti ini lagi, kan turnamen seperti ini izinnya kalau dulu kan engga gampang," ujarnya.
Sementara, tantangan terbesar sebetulnya adalah mengembalikan fitness level para atlet karena mereka selama dua tahun hanya latihan, tapi tidak ketahuan buat apa latihannya. "Jadi, fitness levelnya bukan fitness level yang siap untuk kompetisi. Makanya agak sulit bagi kita untuk mengembalikan hal itu," imbuhnya.
Adapun Pelatih Nasional (Pelatnas) atlet Akuatik dari PRSI Jawa Barat, Donny Budiarto Utomo mengatakan, rutinitas turnamen untuk mempunyai bibit unggul sangat dibutuhkan. Namun, ada hal utama lainnya yang dibutuhkan para atlet.
"Nutrisi untuk anak-anak ini kan seperti tidak diperhatikan berbeda dengan negara-negara luar yang sangat detail sekali ya untuk memperhatikan dari fasilitasnya, mereka engga kesusahan cari tempat latihan," jelasnya.
Selain itu, skill kepelatihan pun harus terus update agar berdampak dalam meramu program regenerasi atlet. "Terutama untuk anak-anak kecil itu sangat penting, sering untuk bertanding juga, karena meraka kan untuk bisa meningkatkan pengalaman tanding," katanya.
Salah satu peserta, Sinulingga dari Bekasi Central Akuatik berharap turnamen ini dirutinkan untuk mematangkan skill dan mental untuk masuk dalam kompetisi tingkat Nasional maupun Internasional. "Makin banyak peserta ke depannya, penuh, makin bagus. Target juara saya masuk PON sampai Sea Games," pungkasnya.
Sumber: populis.id
Artikel Terkait
Shin Tae-yong Dianggap Kunci Timnas, Netizen Serukan Erick Thohir Perpanjang Kontraknya
Gaji Fantastis Patrick Kluivert di Timnas Indonesia: Berapa Kompensasi yang Didapat Usai Dipecat?
Patrick Kluivert Dipecat, Shin Tae-yong Kembali Latih Timnas Indonesia?
Menpora vs Ketum PSSI: Siapa yang Sebenarnya Bertanggung Jawab?