"Pemerintah telah memutuskan membuka ekspor minyak goreng kembali setelah melihat kondisi pasokan yang terpenuhi di pasar domestik dan penurunan harga minyak goreng curah saat ini. Oleh karenanya, Pakistan bisa menjadi pasar yang potensial," kata Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, dilansir dari laman resmi Kementerian Perindustrian RI pada Kamis (16/6).
Agus menjelaskan, pemerintah tengah menjalankan program percepatan distribusi CPO, refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan used cooking oil (UCO) melalui ekspor sejak tanggal 7 Juni-31 Juli 2022.
"Hal ini dalam rangka optimalisasi dan stabilisasi produksi dan rantai perdagangan CPO, RBDPO, dan UCO," tuturnya.
Program tersebut berlaku bagi seluruh eksportir dengan alokasi ekspor ditetapkan sebesar 1 juta ton dan setiap eksportir yang mengikuti program diberikan alokasi paling sedikit 10 ton kelipatannya. "Saya yakin terbitnya regulasi terkait ini dapat mempercepat impor CPO dan turunannya ke Pakistan," imbuhnya.
Perlu diketahui, pada tahun 2021, total perdagangan bilateral antara Indonesia dan Pakistan mencapai US$3,9 miliar dengan total ekspor US$3,8 miliar dan impor dari Pakistan sebesar US$185 juta yang keduanya didominasi oleh sektor nonmigas. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia terus mengalami nilai perdagangan yang positif. Pada tahun 2021, nilai perdagangan tercatat sebesar US$3,6 miliar.
"Minyak sawit dan minyak sawit mentah adalah produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Pakistan," ungkap Agus.
Sumber: m.republika.co.id
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid