Menurut General Manager PT PJB Unit Pembangkitan Brantas Mochamad Fauzi Iskandar, teknologi hujan buatan tersebut merupakan inovasi paling mukathir dan pertama di lakukan di Pulau Jawa. Teknologi ini (TMC), kata Fauzi, berguna mendongkrak bauran energi terbarukan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) daerah. Sebelum TMC dikembangkan oleh masyarakat setempat, hanya digunakan pesawat dalam menyemai natrium klorida (NaCl) ke dalam awan lewat udara.
"Metode TMC terbaru ini dengan menghantarkan bahan semai berupa flare ke dalam awan dari darat di hulu DAS Brantas yang topografi wilayahnya pegunungan dan perbukitan.TMC GBG ini teknologi yang lebih pas saat ini. Kami memaksimalkan TMC dengan mengoptimalkan kondisi di wilayah sekitar. Ini kemajuan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perhatian khususnya dari pemerintah," terang Fauzi dalam keterangan resmi di Surabaya, kemarin.
Sementara untuk pelaksanaannya TMC GBG, Mochamad Fauzi menyebutkan, pihaknya akan menjadwalkan pada tanggal 6 hingga 17 Juni 2022 sebagai upaya menjaga kontinuitas suplai air waduk khususnya memasuki musim kemarau nantinya. Hal ini, kata dia, dilakukan dengan tetap berpedoman terhadap Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT) yang telah ditetapkan untuk memastikan volume air baku tetap terjaga secara kontinu.
Guna mempermudah metode tersebut, pihak PJB telah melakukan koordinasi dengan Polres Malang, bahan semai flare ditempatkan pada tower GBG yang sudah dibangun oleh PJB di wilayah pegunungan sejumlah kecamatan di Kabupaten Malang, yaitu Wajak, Wagir, Tumpang, Karangploso. Lokasi lainnya di Gunung Panderman, Desa Pesanggrahan, Kota Batu. Adapun proses penyemaian awan menggunakan flare ini akan dilakukan di 5 (lima) lokasi wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu berdasarkan hasil analisis cuaca oleh BRIN.
Disinggung soal izin, secara tegas Mochamad Fauzi Iskandar mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan izin langsung dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, pada April 202 lalu. Bahkan, sambung Fauzi, pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar tower GBG. Hasil TMC memasuki musim kemarau ini diharapkan memberikan manfaat menambah pasokan air baku, irigasi pertanian rakyat seluas 101.180 hektare, dan PLTA setara 1 miliar kWh per tahun.
"TMC GBG ini lebih murah dibandingkan TMC menggunakan pesawat. Nilai positifnya ialah efisiensi penggunaan sumber daya serta fleksibel dalam pelaksanaannya," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Salim Mustofa mengungkapkan, TMC statis GBG di DAS Brantas menjadi pilot project yang diharapkan memberikan kontribusi positif bagi ketahanan energi dan pangan khususnya di Jawa Timur. Nantinya, teknologi itu diterapkan di DAS Citarum, Jawa Barat, yang pelaksanaannya kini dalam proses survei lokasi. Ke depan, bakal diterapkan di semua DAS seluruh Indonesia.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid