Pertama, menurut Ketua Perdagangan dan Perencana di Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagrajan, ekspor CPO Indonesia yang kini mulai membanjiri pasar nabati dunia, tidak sebanding dengan permintaannya.
Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO sebanyak 894.481 ton di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO) per Rabu (22/6/2022). Selain skema DMO, pemerintah juga telah mengeluarkan izin ekspor produk sawit sebanyak 613.188 ton dalam program percepatan ekspor dengan alokasi kuota 1,16 juta ton. Jika dijumlahkan, maka ekspor yang telah di setujui sebanyak 1,5 juta ton.
Ketika suplai CPO Indonesia tengah memenuhi pasokan di pasar nabati dunia, demand terhadap CPO malah berpotensi turun.
Kedua, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain, lantaran bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar global. Pada Rabu (22/6/2022), harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade berakhir turun 3,8 persen karena prakiraan cuaca yang lebih dingin di akhir Juni dan awal Juli sehingga biji kedelai dapat di tanam lebih banyak setelah beberapa waktu lalu wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan karena cuaca ekstrem.
Selain itu, harga minyak mentah dunia tergelincir di sesi perdagangan kemarin, di mana harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok 1,2 persen menjadi USD108,18/barel, sedangkan jenis Brent ambles 1,2 persen ke USD113,32/barel sehingga CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk dijadikan bahan baku biodiesel.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid