Walaupun sejumlah negara di atas dengan potensi biodiversitas alam lebih kecil, tetapi mampu memanfaatkannya menjadi kekuatan pengobatan modern, mengapa Indonesia tidak mengupayakannya? Dengan potensi alam yang sangat besar tersebut, sayangnya Indonesia hanya berada di peringkat ke-19 sebagai negara pengekspor biofarmasi, dengan pangsa pasar 0,61% dan nilai ekspor sebesar US$635 juta pada 2020.
Ketiga, kekuatan multiplier effect ekonomi yang ditimbulkan dari Green Pharmacy ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan para petani termasuk UMKM. Beberapa produk hasil Green Pharmacy ini sudah berhasil diekspor ke sejumlah negara tetangga tidak hanya ASEAN, tetapi juga negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.
Terakhir, Green Pharmacy memberikan dampak ekologis yang kecil dibandingkan dengan penggunaan obat kimiawi sintetis, mulai dari proses produksi sampai ke limbahnya. Pengalaman di beberapa area di India mengatakan bahwa limbah obat hasil sintetik kimiawi dapat mencemari lingkungan sampai ke terjadinya resisten terhadap beberap antibiotika. Tentunya ini membawa masalah kesehatan multiplikasi di mana bila bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika yang sebenarnya adalah limbah obat sebelumnya, pengobatan infeksi akan mengharuskan penggunaan antibiotika yang efikasinya lebih tinggi dan tentunya akan berdampak pada biaya pengobatan yang lebih tinggi.
Dengan membesarnya peluang ekpor, negara banyak diuntungkan dengan membesarnya devisa yang dapat kembali ke negara kita. Lalu seberapa besar potensinya?
Menurut suatu perhitungan yang diberikan oleh salah satu perushaan analisa pasar dunia, the insightSLICE pasar obat herbal global diperkirakan mencapai US$550 miliar. Apabila kita bisa ambil 1% saja dari besaran pasar ini, Indonesia akan mendapatkan pemasukan sekitar US$5,5 milliar yang merupakan hampir sepertiga dari besaran total pasar farmasi Indonesia. Hal ini tentunya juga akan memberikan efek multiplier ekonomi bagi petani dan UMKM untuk memenuhi kebutuhan bahan baku green pharmacy yang akan diekspor. Tentunya, para petani dan usahawan UMKM harus menyediakan lahan untuk pertanian bahan baku obat herbal tersebut.
Dengan besarnya potensi ini, harapannya industri farmasi dapat terus mengembangkan penelitian dan inovasi Green Pharmacy sehingga impor bahan baku dapat terus ditekan dan ketahanan kesehatan global melalui kemandirian farmasi dapat terwujud. Dampak secara langsung, para petani akan juga sejahtera karena pelaku industria membutuhkan pasokan hasil pertanian obat-obatan tersebut.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid