Pasalnya, aplikasi e-ticketing bernama Ferizy yang dikembangkan BUMN itu bermasalah sehingga mempersulit masyarakat menggunakan angkutan penyeberangan.
ASDP dinilai tidak siap menerapkan e-ticketing atau tiket elektronik melalui Ferizy, terlihat dari rendahnya skor ulasan pengguna aplikasi itu di Google Play Store yang hanya 3.3, padahal aplikasi ini sudah diluncurkan sejak tahun 2020.
Aplikasi yang sudah diunduh lebih dari 500.000 pengguna itu dibanjiri ribuan komentar negatif di Google Play Store.
Sebagian mengeluhkan kesulitan memesan tiket karena sering eror, waktu loading halaman sangat lama, hingga proses refund yang merepotkan.
Salah satu pengguna bernama Rieo, misalnya, mengungkapkan selalu mengalami masalah sejak pertama kali menggunakan aplikasi Ferizy, mulai dari soal koneksi, invalid data, tidak stabil, force close, waktu loading lama, hingga tidak bisa pilih port to port.
“Tidak tahu kenapa, walaupun sudah install di telepon lain, random troble force. Tolonglah buat app yang simple, aman, melindungi data konsumen, UI dan UX yang lebih baik akan bisa memahami masalah, web interface lebih baik daripada app ini,” ungkapnya.
Pengguna bernama Rini juga memberikan catatan kritis. "1) Aplikasi masih ada bug, ketika mengisi biodata selalu loncat ke menumian screen, screen tidak user friendly. 2) Tidak efsien, tidak ada pilihan kapal jenis apa (brand, fasilitas yg digunakan. 3) Terlalu banyak aturan. 4) Untuk login menyulitkan," ulasnya.
“Giliran order kuotanya penuh, sedangkan calo-calo di pinggiran jalan bisa dengan mudahnya akses, trus apa fungsinya," tulis pengguna lainnya bernama Asef. Sama seperti Rieo dan Rini, Asef hanya memberikan 1 bintang untuk Ferizy dari penilaian tertinggi 5 bintang.
Rating aplikasi menjadi tolok ukur kepuasan pelanggan. Rating yang tinggi mulai 4.0 ke atas berarti aplikasi disukai pengguna. Sedangkan rating rendah 4.0 ke bawah menunjukkan aplikasi itu tidak disukai dan terancam dihapus.
Tokoh transportasi nasional Bambang Haryo Soekartono, yang juga Ketua Dewan Pembina DPP Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) mengatakan banyaknya keluhan itu menunjukkan aplikasi tersebut tidak bermanfaat dan justru menyulitkan masyarakat menggunakan angkutan penyeberangan.
"Pengguna Play Store yang umumnya melek teknologi dan berpendidikan saja kesulitan menggunakan aplikasi itu, bagaimana dengan masyarakat menengah ke bawah? ASDP tentunya tahu, sekitar 40% penduduk Indonesia berpendidikan SMP dan 20% belum mengenyam pendidikan, sementara sekitar 70% pengguna angkutan penyeberangan adalah masyarakat menengah ke bawah sehingga mereka akan kesulitan dan bingung,” jelasnya, Minggu (15/5/2022).
Terbukti saat arus mudik Lebaran lalu terjadi kemacetan luar biasa di Pelabuhan Merak dan Gilimanuk akibat aplikasi Ferizy bermasalah, apalagi sosialisasinya sangat minim.
"Selain itu masalah utamanya sendiri tidak diatasi oleh ASDP, yaitu jumlah dermaga sangat kurang dan beberapa tidak layak,” kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur ini.
Akibat kesulitan membeli lewat online dan tidak ada pilihan pembelian tiket di pelabuhan, dia mengatakan masyarakat terpaksa membeli tiket lewat calo-calo yang marak di pelabuhan dengan harga lebih mahal.
"Ini yang terjadi saat Lebaran lalu, tetapi terkesan dibiarkan oleh ASDP dan instansi berwenang,” ujarnya.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid