Dari laman Majalah Minyak dan Lemak Internasional atau Oil and Fat Internasional (OFI), sebuah majalah yang didirikan sejak 35 tahun yang lalu dan berbasis di Inggris, diketahui indeks harga pangan yang dilaporkan oleh lembaga di bawah naungan PBB itu adalah perkembangan di bulan April.
Laman ofimagazine.com yang dikutip elaeis.co, Sabtu (28/5/2022) siang, mengungkapkan dari rilis itu diketahui dinamika yang terjadi pada industri minyak sawit yang telah memberikan pengaruhi pada harga pangan di berbagai negara di dunia. Baca Juga: Inovasi Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit, Primadona Olahan Pangan di Masa Depan
Indonesia sebagai produsen terbesar dunia untuk minyak sawit menjadi salah satu sasaran laporan dalam indeks tersebut.
Laporan itu menyebutkan ketidakpastian tentang ekspor minyak sawit dari Indonesia telah memberikan pengaruh yang cukup besar.
"Indonesia sebagai pengekspor minyak sawit terkemuka dunia telah menahan penurunan lebih lanjut dalam harga internasional," kata laporan itu seperti dimuat ofimagazine.com.
Artinya, kebijakan DMO-DPO yang sempat digulirkan oleh Kementerian Perdagangan Indonesia plus disusul larangan ekspor beragam
produk turunan minyak sawit yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat harga pangan global menjadi mahal.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid