Selain itu, Cardani, Kepala Urusan Sosial di Desa Wonobodro, mengakui angka prevalensi stunting yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
"Selama beberapa tahun terakhir, kami telah menghadapi tingkat prevalensi stunting yang mencolok. Pada tahun 2019, tercatat lebih dari 50 kasus stunting di Desa Wonobodro. Namun, saya senang mengumumkan bahwa jumlah kasus stunting menurun menjadi 36 pada tahun 2023. Dengan acara seperti ini, kami berharap dapat terus mereduksi angka kasus stunting di masa mendatang," papar Cardani.
Agustina Fitriani, seorang bidan di Desa Wonobodro, menekankan bahwa upaya pencegahan stunting sebaiknya dimulai sejak usia remaja dengan menangani anemia dan mempromosikan perencanaan keluarga yang bertanggung jawab.
"Dengan menyediakan suplemen zat besi bagi wanita muda, mencegah pernikahan dini, dan mempromosikan perencanaan keluarga yang bertanggung jawab, kita dapat mengurangi risiko stunting dan membentuk pondasi yang kuat untuk kesehatan generasi mendatang," tegasnya.
Upaya bersama PPI Batang yang bekerja sama dengan otoritas kesehatan dan para pemimpin masyarakat menunjukkan pendekatan proaktif dalam memerangi stunting dan meningkatkan kesadaran akan dampak negatifnya pada anak-anak.
"Sebagai hasilnya, inisiatif kolaboratif ini dapat menjadi model dalam menangani tantangan kesehatan serupa di masyarakat lain,"tukasnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ayosemarang.com
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid