Persoalan Air Bersih di DKI Jakarta, PAM Jaya: 36% Warga Belum Terlayani

- Kamis, 09 Juni 2022 | 00:10 WIB
Persoalan Air Bersih di DKI Jakarta, PAM Jaya: 36% Warga Belum Terlayani

Tri Dewi Virgiyanti menjelaskan di Jakarta persentase akses masyarakat terhadap air layak dapat dikatakan tinggi, yakni mencapai sekitar 99 %, dan kurang dari satu persen yang belum memiliki akses. Namun sayangnya, akses air layak belum bisa menjawab sepenuhnya kebutuhan masyarakat. Karena keterbatasan akses air aman, maka masyarakat terpaksa mengkonsumsi air isi ulang maupun air kemasan. Hal serupa kata dia juga terjadi di kota-kota besar lainnya.

"Ada kecenderungan lain yang menguat di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Karena air di sumur perlu di treatment satu kali, bergeserlah mengandalkan air minum dalam kemasan atau isi ulang. Tapi berdasarkan studi, kualitas isi ulang jauh lebih rendah dari perpipaan. Sementara air kemasan harganya tidak terjangkau dan tidak selalu tersedia setiap saat. Artinya air minum kemasan dan isi ulang ini bukan akses," ujar Tri Dewi Virgiyanti.

Dia akui bahwa menghadirkan air aman untuk seluruh warga DKI Jakarta bukankah perkara mudah. Pasalnya ibukota sendiri untuk urusan air layak, masih harus mendatangkan air dari luar kota. Menurutnya sumber-sumber air aman layak di Jakarta hanya bisa mengakomodir sekitar 6 persen dari kebutuhan warga. 

Direktur Pelayanan PAM JAYA, Syahrul Hasan, dalam kesempatan yang sama menambahkan bahwa baru sekitar 64 % warga yang mendapatkan pelayanan dari PAM Jaya. Sisanya sebanyak 36 % belum terlayani antara lain karena Jakarta masih kekurangan sumber air baku. Sumber-sumber air baku di Jakarta seperti sungai, danau maupun embung, tidak  bisa menjawab pasokan untuk 36 % warga yang belum terlayani. 

PAM Jaya, lanjutnya, punya target untuk mengakses semua warga ibukota paling lambat pada 2030 mendatang. Namun upaya tersebut tidak bisa dilakukan tanpa bantuan pihak lain. Menurut Syahrul Hasan dibutuhkan kerja sama dari banyak pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga swasta, agar 36 % warga ibukota yang belum terlayani bisa mendapatkan akses, 

"Apakah swasta bisa terlibat, saya rasa dimungkinkan. Apakah nanti di pengelolaannya, atau didistribusinya," kata Syahrul Hasan.

Halaman:

Komentar

Terpopuler