Amnesty mengatakan bahwa pihaknya telah menemukan bukti bahwa pasukan Rusia berulang kali menggunakan bom klaster atau bom tandan 9N210/9N235 serta 'munisi yang tersebar', dengan roket melepaskan ranjau lebih kecil yang kemudian meledak setelah interval waktu tertentu.
BBC telah mengunjungi lima lokasi tumbukan secara terpisah di lingkungan perumahan di Kharkiv. Kru melihat bukti langsung efek spalling simetris yang khas terkait dengan munisi tandan.
BBC juga telah menunjukkan gambar lokasi kepada tiga ahli senjata, yang semuanya mengatakan dampak konsisten dengan senjata kontroversial tersebut.
"Dampak itu berasal dari munisi tandan, itu tanda klasik. Dan dalam satu gambar Anda bisa melihat sisa sirip stabilizer dari salah satu submunisi," terang Mark Hizney, peneliti senior dari divisi senjata kelompok Human Rights Watch.
Rekaman CCTV yang diteruskan ke BBC oleh seorang penduduk di salah satu lokasi juga menunjukkan ledakan yang berurutan.
"Ini adalah indikator yang sangat kuat dari submunisi dari senjata klaster," kata Hamish de Bretton Gordon, mantan kolonel Angkatan Darat Inggris dan pakar senjata dari Universitas Cambridge.
Munisi tandan menjadi kontroversial lantaran senjata ini meledak di udara dan melepaskan sekelompok bom yang lebih kecil yang jatuh tanpa pandang bulu di area yang luas. Efek ini jelas berpotensi membahayakan keselamatan warga sipil.
Bom-bom itu, yang berukuran lebih kecil, juga seringkali gagal meledak saat terjadi benturan, dan bisa menimbulkan ancaman selama bertahun-tahun mendatang. Lebih dari 120 negara telah menandatangani perjanjian yang melarang penggunaan senjata ini - meskipun Rusia atau Ukraina tidak ikut menandatangani.
Lokasi serangan bom tandan terbaru di Kharkiv berada di sekitar perumahan dan taman bermain di lingkungan di Distrik Industrialnyi. Di situs ini, efek spalling terlihat di sekitar tiga benturan terpisah di tiga sisi taman bermain.
Istri Ivan Litvynyenko, Oksana, terluka parah dalam serangan itu dan kemudian meninggal.
Litvynyenko mengungkap amunisi mengenai keluarganya ketika ia, istri serta putrinya yang berusia lima tahun sedang berjalan melalui taman bermain tersebut. Saat serangan terjadi, putra Litvynyenko yang berusia 14 tahun berada di dalam apartemen keluarga.
"Tiba-tiba saya melihat kilatan dan saya mendengar ledakan pertama.
"Saya meraih putri saya dan menggiringnya ke pohon. Istri saya berada sekitar lima meter dan dia jatuh begitu saja," ujar Litvynyenko, yang berusia 40 tahun.
Oksana, ibu 41 tahun, ini terkena pecahan peluru yang menembus punggung, dada, dan perutnya. Amunisi itu juga telah menusuk paru-parunya dan merusak tulang punggungnya.
Oksana berada dalam perawatan intensif selama dua bulan. Namun, pada Minggu (12/6/2022), ia akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah menderita komplikasi akibat luka dan diabetesnya.
"Dokter mengoperasinya beberapa kali tetapi tubuhnya tidak dapat bertahan," kata Litvynyenko, berbicara hanya beberapa jam setelah kematian istrinya.
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak