POLHUKAM.ID - Demo besar yang terjadi di Indonesia pada Agustus 2025 hingga kini masih menyisakan tanda tanya.
Sejumlah media luar negeri ungkap dugaan terlibatnya AS dalam demo besar di Nepal dan Indonesia.
Lalu apakah hal ini benar?
Seperti yang Anda ketahui, gelombang unjuk rasa terjadi sejak tanggal 25 Agustus 2025 hingga tanggal 31 Agustus 2025 lalu di berbagai kota di Indonesia.
Tak sedikit yang berakhir ricuh dan perusakan, namun situasi ini tidak meningkat ke titik yang lebih parah hingga kerusuhan besar.
Di Nepal, eskalasi terjadi pada awal September 2025.
Demonstrasi besar-besaran terjadi setelah pemerintah mengambil keputusan untuk melarang beberapa platform media sosial yang populer, dan berlanjut ke arah kerusuhan.
Demo Nepal ini berakibat bentrokan antara massa dan aparat keamanan, serta menghasilkan revolusi yang menumbangkan kekuasaan.
Dugaan Keterlibatan AS dalam Demo Besar di Nepal
Salah satu media online internasional, Sputnik, mengabarkan bahwa demonstrasi di Nepal terjadi bukan murni dan organik karena kemauan warganya.
Hal ini diungkapkan dalam salah satu artikel yang diunggah di situsnya, berjudul "Is US Deep Stat at Work in Nepal?" yang diunggah pada 11 September 2025 lalu.
Ungkapan kecurigaan ini disampaikan dalam tulisan yang dimuat, seperti dikutip sebagai berikut:
“The Gen-Z protests in Nepal may appear organic, but when you peel the layers, the imprint of the US Deep State is hard to ignore. The sudden ban of 26 social media platforms acted as a trigger, but the scale, speed, and narrative management of these protests suggest external orchestration. The US Deep State has a pattern — it exploits genuine youth anger, amplifies it through covert networks, and directs it towards destabilising governments that don't align with their strategic interests,”.
Atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi:
"Protes Gen-Z di Nepal mungkin tampak organik, tetapi ketika lapisan-lapisannya dikupas, jejak Deep State Amerika Serikat sulit diabaikan. Larangan mendadak terhadap 26 platform media sosial menjadi pemicu, namun skala, kecepatan, dan pengelolaan narasi dari protes-protes ini menunjukkan adanya orkestrasi eksternal. Deep State AS memiliki pola — mereka mengeksploitasi kemarahan tulus dari kaum muda, memperkuatnya melalui jaringan tersembunyi, dan mengarahkannya untuk mengguncang pemerintahan yang tidak sejalan dengan kepentingan strategis mereka."
Pernyataan ini disampaikan oleh Savio Rodrigues, sebagai mantan juru bicara dari unit Goa dari India yang turut meregulasi Bharatiya Janata Party atau BJP.
Ada kemiripan pola
Sementara itu, Nabraj Lama, Direktur Penelitian dan Pengembangan di Kathmandu Institut Strategis Himalaya, meyakini bahwa tidak ada bukti substantif akan keterlibatan pihak eksternal, namun ada kemiripan pola antara demo di Nepal dengan di Indonesia.
"Nonetheless, the protests in Nepal share several clear similarities with previous protests in Indonesia and other South Asian countries like Bangladesh and Sri Lanka. In all cases, the movements were youth-led, decentralised, and fueled by deep frustration over corruption, economic inequality, and lack of accountability." .
Atau begini jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia:
"Meskipun demikian, protes di Nepal memiliki beberapa kesamaan yang jelas dengan protes sebelumnya di Indonesia dan negara-negara Asia Selatan lainnya seperti Bangladesh dan Sri Lanka. Dalam semua kasus, gerakan-gerakan tersebut dipimpin oleh kaum muda, terdesentralisasi, dan dipicu oleh rasa frustrasi yang mendalam terhadap korupsi, kesenjangan ekonomi, dan kurangnya akuntabilitas," tegas Lama dikutip dari Sputnik.
Hal ini juga menyusul ditemukannya hal-hal yang mirip dengan demonstrasi yang pernah terjadi di Bangladesh dan Sri Lanka beberapa waktu yang lalu, sehingga memperkuat dugaan tersebut.
Lalu Apakah Ada Keterlibatan Deep State Amerika Serikat di Demo Indonesia?
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, AM Hendropriyono, menyampaikan bahwa dirinya mengetahui dalang di balik aksi demonstrasi ini.
Ia menegaskan bahwa aktor tersebut berasal dari luar negeri, namun belum akan mengungkapkannya dalam waktu dekat ini.
Meski belum ada keterangan lebih lanjut dari mantan Kepala BIN tersebut, namun setidaknya terdapat kisi-kisi bahwa dalang yang diduga menjadi aktor dibalik demo ini berasal dari luar negeri.
"Saya tahu, saya nggak lebih pintar dari kalian. Tapi saya mengalami semua. Dan ini ada [pihak asing, -red] yang 'main' gitu," tuturnya, pada Kamis 28 Agustus.
"Saya sangat yakin bahwa kaki tangan [pihak asing, -red] di dalam [negeri,-red] ini tidak mengerti bahwa dia dipakai. Namun pada waktunya nanti harus dibuka."
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Inilah 5 Kerusuhan Paling Mencekam Yang Mengubah Sejarah Dunia
Mirip Indonesia, Demo Ricuh di Timor Leste Dipicu Pengadaan Mobil Mewah Anggota DPR
Ini Stategi Netanyahu jika Israel Dikucilkan Dunia
Kebohongan Trump Terungkap, Ternyata Restui Serangan Israel ke Qatar