"Kami mendeklarasikan operasi militer khusus karena kami sama sekali tidak punya cara lain untuk menjelaskan kepada Barat bahwa menyeret Ukraina ke NATO adalah tindakan kriminal," kata diplomat tinggi itu, lapor Tass.
Lavrov mengingat pernyataan dari Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, "siapa yang mengatakan pada September 2021 (apakah Anda memberi tahu pemirsa Anda tentang hal itu?) bahwa jika seseorang merasa Rusia di Ukraina, biarkan mereka pergi ke Rusia".
"Ketika seorang koresponden CNN mengatakan kepadanya bahwa Resimen Azov telah dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris ekstremis di beberapa negara Barat, di AS dan Jepang, Zelensky mengangkat bahu dan mengatakan bahwa mereka memiliki banyak batalyon dan resimen seperti itu, dan mereka apa itu," lanjut Lavrov.
Rusia "tidak punya jalan keluar lain" dan Moskow menjelaskannya berulang kali, diplomat tinggi itu menekankan.
"Sekarang, rezim Ukraina menyerang warga sipil, kota-kota dengan senjata Barat kami, seperti yang mereka lakukan pada 2014, ketika para kudeta berkuasa, ketika mereka mengebom pusat Lugansk dari pesawat, ketika mereka membakar 50 orang di Odessa. Apakah ada yang ingat ini sekarang?" tanya Lavrov.
“Kami tidak menyerang siapa pun. Rusia diserang di Ukraina,” tegasnya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Jokowi Akan Pidato Tentang Pentingnya AI Saat Hadir di Bloomberg New Economy Forum 2025 di Singapura, Pakai Bahasa Inggris?
Bukan Prabowo, Pidato Presiden Kolombia Gustavo Petro Paling Keras Sampai AS Walk Out, Ternyata Ini Pemicunya!
Pernah Jadi Buronan Senilai Rp 167 Miliar, Al-Sharaa Kini Bersalaman dengan Trump
Macron: Perang Total Israel Membunuh Warga Sipil, Bukan Menghancurkan Hamas