Selain Starbucks, dua brand besar yang jadi sasaran utama gerakan boikot khususnya di Timur Tengah adalah McDonald's dan Disney . McDonald's sebelumnya memberikan pasokan makanan gratis bagi militer Israel. Sementara Disney membuat komitmen untuk menyalurkan bantuan USD 2 juta bagi Israel.
Aksi BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi) itu sebagai bentuk protes tanpa kekerasan, yang menentang serangan brutal Israel ke Gaza dan Palestina secara umum. Gerakan tersebut awalnya dicanangkan warga sipil Palestina pada 2005, yang kemudian meluas secara global.
Ekonom Mesir, Ahmed Hamy, menilai gerakan tersebut selain menekan Israel secara ekonomi, pada sisi lain juga menaikkan omzet produk lokal.
"Situasinya agak problematis. Apa yang terjadi justru menguntungkan produksi lokal dan merugikan perusahaan waralaba, sementara keduanya sama-sama memberikan suntikan dana ke perekonomian nasional," kata Ahmed Hamy kepada The New Arab.
Pada sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa boikot tersebut telah menimbulkan kerugian besar pada perekonomian nasional dan pasar kerja di kawasan Afrika Utara. Karena sebagian produk waralaba brand dari Barat, menggunakan bahan baku lokal.
Sehingga penurunan omzet penjualan brand-brand tersebut, juga berdampak ke pengusaha lokal Mesir.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak