Seorang tentara Ukraina yang berpatroli di parit dekat kota Bakhmut, barat daya Sievierodonetsk, berbicara tentang ketakutannya yang mengganggu. Kekhawatiran itu tak lain adalah pemerintah Ukraina yang terpaksa ditarik ke dalam negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Jika ini terjadi, maka seperti Krimea, Ukraina akan kembali kehilangan wilayah gara-gara serangan Rusia.
"Anda tahu sekarang apa yang paling saya takuti, sekarang pertempuran terjadi begitu intens, sangat sulit. Lalu kami akan diberitahu: Itu saja, untuk berhenti, dan melakukan gencatan senjata."
"Penyelesaian yang dinegosiasikan hanya dapat terjadi dengan persyaratan Ukraina tapi saat ini jika negosiasi terjadi, itu akan menjadi malapetaka," kata Dmytro, yang dulunya adalah guru bahasa Inggris, mengatakan kepada televisi Reuters. Dmytro menambahkan bahwa langkah seperti itu dapat mengakhiri karier Zelenskyy.
Para pemimpin Uni Eropa (UE), sementara itu, dijadwalkan akan bertemu pada Senin dan Selasa untuk membahas paket sanksi baru terhadap Rusia, termasuk embargo minyak.
Diketahui sebelumnya, UE tidak dapat menyetujui paket sanksi keenam terhadap Moskow karena usulan embargo minyak Rusia tidak dapat diterima oleh Hongaria dan menjadi masalah besar bagi Slovakia dan Republik Ceko.
Menjelang KTT, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck telah menyatakan kekhawatirannya, menyebut 'persatuan UE akan runtuh'. Rancangan kesimpulan pertemuan yang dilihat oleh Reuters, juga mengindikasikan akan hanya ada sedikit keputusan baru untuk sanksi Rusia.
Kendati begitu, Kepala Kebijakan Luar negeri UE, Josep Borrell mengatakan bahwa 'pada akhirnya, akan ada kesepakatan', dengan keputusan tentang paket sanksi berikutnya diambil pada Senin sore.
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak