Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga berulang kali mengeluarkan ultimatum yang mengancam.
Kekalahan Hamas tidak akan lengkap, kata mereka, jika IDF tidak membongkar tiga atau empat batalyon Hamas yang masih berdiri di sana, yang menjadi benteng terakhir Hamas.
Rafah saat ini dihuni oleh sekitar 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi ke selatan setelah wilayah Gaza Utara dan Gaza tengah dibombardir Israel.
Netanyahu mengulangi ancaman serangan atas Rafah minggu lalu. Dia mengatakan kepada keluarga sandera dan tentara Israel yang terbunuh bahwa Israel akan menginvasi Rafah untuk melenyapkan Hamas dan meraih “kemenangan total.”
Seperti dikutip Jerusalem Post, serangan IDF atas Rafah pada Selasa pagi dini hari, diklaim telah berhasl menewaskan 20 pejuang Hamas dan tidak ada pasokan IDF yang jadi korban.
Akibat bombardir Israel atas Rafah, otoritas pemerintahan Palestina di sana memutuskan menutup sementara satu-satunya layanan rumah sakit.
Berdasarkan video yang diedarkan di akun instagram @eye.on.palestina, Rabu, 8 Mei 2024, kamar-kamar rumah sakit tersebut kosong ditinggalkan petugas medis, staf rumah sakit dan pasien.
Rumah sakit di Rafah
Tindakan IDF atas Rafah ini menunjukkan bahwa Netanyahu menganggap serius peringatan Presiden AS Joe Biden agar tidak melakukan tindakan di kota tersebut.
Menurut berbagai laporan, AS minggu lalu untuk pertama kalinya sejak perang Gaza dimulai menahan pengiriman senjata ke Israel
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak